Masalah transportasi dan tata kelolanya memang masalah yang ruwet, sekaligus isu yang paling enak untuk digoreng. Mulai dari konvesional, sampai yang digital. Bila ditilik lebih dalam lagi, masalah ini sebenarnya ini adalah masalah ekonomi keluarga dengan berbagai macam kebutuhannya. Karena profesi mulia mereka menggambarkan betapa sulitnya nyari duit dikota, sampai di tingkat kecamatan.Â
Fakta Ini terjadi di Citayam, Bojong gede, jalan kartini depok dan sekitarnya. Angkot seperti raja, ojek konvesional dan digital pun menggurita. Mereka mangkal didepan stasiun citayam, dan ada juga yang disekitaran stasiun depok. Â Hal yang sangat menakutkan, adalah setiap sore, angkot 05 ngetem persis dipintu perlintasan rel kereta api Citayam, menunggu penumpang yang memang menghindari bermacet-macetan didepan stasiun karena terlalu padat oleh angkot. Â Pada tahun 2014 pernah angkot 05 ini tertabrak kereta api, walaupun tidak memakan korban, hal tersebut sepertinya tidak merubah kebiasaan mereka untuk ngetem didepan pintu perlintasan rel kereta api, sehingga menyebabkan kemacetan.Â
Saya pernah bertanya pada salah satu rekan yang kebetulan tinggal lebih lama dari saya di Bojong Gede, dia mengemukakan bahwa seluruh angkot 05 ada kurang lebih 1000 unit. Â Sedangkan penumpang yang dilayani diluar jam kerja kebanyakan adalah hantu. Â karena banyak bangku kosongnya. Sungguh miris, akibatnya adalah penumpukan angkot pada saat jam sibuk, sore dan pagi hari.
Sebagai angkot yang mehubungkan Depok dan Bojong Gede, angkot 05 sendiri seperti kurang mendapatkan perhatian dari Pemkab Bogor maupun Pemkot Depok, Â kuantitasnya banyak akhirnya mengabaikan kualitas, mulai dari supir dibawah umur, sampai umur mobil kebanyakan yang tergolong sangat tua, kurang peremajaan. Â Entah dimana peran pemerintah dalam penerapan regulasi tersebut. Wajar bila akhirnya transportasi digital lebih unggul dalam hal ini.
Saya tidak memperuncing masalah antara transportasi konvesional dan digital dengan aplikasinya, akan tetapi kritik saya adalah husnuzon kepada Pemkab Bogor dan Pemkot Depok dalam pengelolaan angkutan kota, khususnya trayek Bojong Gede – Depok  PP bernomor punggung 05, agar Pemkot dan Pemkab bersinergi segera memperbaiki dan menata dengan baik angkutan kotanya, jangan hanya memungut pajak kendaraan dan KIRnya. Kasihan para supir angkot berburu rezeki akhirnya mereka terpaksa mengabaikan kenyamanan, keselamatan dan menjadi biang kemacetan karena mengorbankan hak pengguna jalan lain.  Â
http://news.okezone.com/read/2013/09/01/501/858829/dalam-sehari-2-angkot-d05-terbakar-di-depokÂ
http://news.detik.com/berita/2787098/terjebak-macet-angkot-ringsek-disenggol-krl-di-citayam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H