Entah kenapa hatiku selalu berdesir kala bersamanya. Genggaman hangat tangannya memecahkan dingin yang menyeruak malam ini. Kami makan malam berdua di salah satu Resto di pinggir kota.
"Kok ga ke kampus tadi, Kak?" tanyaku menyelidik.
"Lagi sibuk. Kenapa? Nyariin, ya? Pasti cuma sibuk duduk di taman. Yakaaan?" tuduhnya.
"Ih apaan, sih. Nggaklah," tungkasku sambil mengerucutkan bibir.
Senyumnya begitu menyejukkan hati saat ia membelai lembut jilbab yang kukenakan. Setelah makan malam, aku dan Kak Arsyad masih menghabiskan malam bersama.
Kami berjalan beriringan sambil menggenggam tangan satu sama lain. Tempat favoritku dengan Kak Arsyad adalah taman di tengah kota yang ramai dikunjungi oleh orang-orang kala malam menampakkan wujudnya. Bagaimana tidak, air mancur dengan hiasan lampu warna warni mengindahkan tiap sudut taman ini.
Â
Kebersamaan kami tak bisa lagi kuutarakan. Tak ingin kulepaskan tangannya, berharap penuh agar aku dan dia selamanya bisa seperti ini. Kami duduk di salah satu kursi di pinggir kolam ikan. Kusandarkan kepalaku di bahunya. Genggaman tangannya begitu menentramkan jiwa.
"Dik," ucapnya lirih.
"Hmm?"
"Aku sayang kamu. Sangat!"
Suara hujan yang begitu deras sontak membuyarkan lamunanku di atas ranjang.
Entah mengapa di setiap pikiran maupun lamunanku bisa kubayangkan jelas kenanganku dengan Kak Arsyad. Detail tanpa cacat. Seketika hatiku meronta meminta semuanya dikembalikan seperti semula.