Kita semua pasti setuju dengan pendapat bahwa dunia kita berubah semenjak pandemi Covid 19 ini hadir. Dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tahun 2020, kebijakan ini seperti mengubah semua dunia kita. Mulai dari bidang kesehatan, ekonomi maupun pendidikan.Â
Mulai pertengahan tahun pembelajaran 2019-2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berusaha tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan cara yang berbeda. Pembelajaran Dari Rumah (BDR) menjadi suatu sistem terbaru saat itu. Proses belajar mengajar dilakukan secara online.Â
Saat itu, anak saya masih duduk di playgroup atau kelompok bermain.Setelah melewati 6 bulan BDR, saya dan suami sepakat untuk tidak melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Kami memilih untuk melakukan stimulasi tumbuh dan kembangnya di rumah secara bersama-sama serta berharap di tahun berikutnya sekolah akan kembali tatap muka.
Di tahun pembelajaran 2021-2022 ini ternyata kabar baik belum berhembus. Kami tetap menjaga komunikasi dengan calon sekolah anak kami, kebijakan DKI Jakarta pada awal tahun ini juga belum mengizinkan adanya tatap muka.Â
Harapan agar anak dapat bertemu secara fisik dengan teman sebaya dan Ibu Guru pun sirna. Bismillah, akhirnya tahun ini kami mendaftarkan anak sulung kami di TK B. Selain itu  kami butuh support system untuk pendidikan anak kami.
Internet adalah Kebutuhan
Perubahan perilaku manusia pada era digital ini semakin terasa oleh pandemi. Semua lini kehidupan manusia dipengaruhi internet, termasuk pendidikan. Jika akhirnya orangtua lebih memilih untuk memasuki ragam kelas online maupun sekolah formal, internet adalah sebuah kebutuhan.
Bukan hanya  itu inovasi  di bidang  kurikulum,  sarana-prasarana, seluruh sistem sekolah pun harus mengikuti teknologi informasi dalam kegiatan pendidikan. Hal ini yang diceritakan oleh Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak sekolah putra kami. Mulai dari sistem pengumpulan tugas via whatsapp, penyampaian materi di kelas dengan aplikasi zoom atau google meet hingga ia videocall satu per satu muridnya. Â
Tentu kegiatan belajar mengajar ini sangat membutuhkan internet. Baik para pendidik maupun peserta didik. Mereka semua dituntut bagaimana agar kreatif, efektif dan efisien menyampaikan materi. Apalagi bagi seusia anak kami yang masih dominan ingin bermain.
Salah satu alasan yang disebutkan para orang tua adalah ketidakmampuan anak untuk mengikuti pelajaran secara online, sehingga proses belajar menjadi tidak efektif. Maklum, konsentrasi dan fokus anak-anak tentu tidak bisa disamakan dengan orang dewasa.
Mengikuti pelajaran dan menyerap informasi dari guru melalui layar komputer atau laptop tentu tidak mudah bagi seusia anak saya. Menurut jurnal The Concept of Attention Spans in Children yang diterbitkan oleh The University of Chicago Press, anak di bawah usia 6 tahun lebih suka bergerak aktif. Duduk diam dan berkonsentrasi akan terasa begitu berat dan membosankan bagi mereka.
Lalu bagaimana kita sebagai orang tua mengikhtiarkan agar kegiatan belajar online ini efektif?
1. Pilih Waktu Belajar yang Tepat
Pada prinsipnya anak usia dini kewajibannya hanya bermain. Segala aktivitasnya terasa seperti bermain karena itu menyenangkan. Tugas kita sebagai orangtua berkolaborasi dengan mendidik menjadikan kegiatan belajar menjadi hal yang menyenangkan.