Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Joko Pinurbo, Penyair Itu Kini telah Berpuisi Bersama Tuhan

27 April 2024   22:23 Diperbarui: 27 April 2024   23:33 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya di depan kutipan kondang milik Pak Jokpin yang dijadikan landmark di Teras Maliboro Jogja (dok. pribadi)

"Hidup adalah perjalanan kehilangan. Hidup adalah kumpulan perpisahan." (Perjamuan Khong Guan, 2020)

Hari ini, Sabtu 27 April 2024, Indonesia kembali kehilangan seorang penyair besar, Joko Pinurbo atau yang akrab disapa Jokpin. Ia dikenal dengan puisi-puisinya yang bergenre humor tapi lekat dengan sindiran, satire, ataupun ironi. Lewat kepiawaiannya dalam menyusun kata-kata, ia mampu memperlihatkan sudut pandang yang tajam dan penuh dengan kejenakaan terhadap berbagai isu sosial dan politik.

Mari, sejenak mengenang perjalanan hidup dan kecemerlangan karya sastranya yang khas, seperti aroma kopi dari angkringan yang acapkali ia singgahi semasa hidup.

Joko Pinurbo bukanlah sekadar penyair, tetapi juga seorang pemikir kritis yang melukiskan realitas sosial dan politik lewat karya-karyanya. Puisi-puisinya tak sebatas rangkaian kata indah, melainkan juga cermin yang merefleksikan ketidaksempurnaan dunia di sekitarnya. Lewat puisi, ia mengeksplorasi sudut pandang yang tak biasa, mempertanyakan norma-norma yang ada, dan menyindir keadaan yang dianggapnya tak adil.

Pak Jokpin dalam sesi book signing selepas event
Pak Jokpin dalam sesi book signing selepas event "Kuliah (Ora) Umum" di FIB UGM, Februari 2023 (dok. pribadi)

Dalam menulis puisi, Joko Pinurbo tak segan menggunakan sindiran untuk menyampaikan pesannya. Lewat kata-kata tajam dan menyentil yang dibalut kejenakaan, ia memperlihatkan keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat yang sering kali penuh ketidakadilan dan kepalsuan. Namun, di balik ketajaman kata-katanya, terdapat kebijaksanaan serta kearifan yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Tak jarang, puisi karyanya sangat singkat dengan kata-kata yang terkesan remeh, tetapi justru sangat relate pada hal-hal yang terjadi dalam kehidupan.

Sebagai seorang penyair yang tinggal di Jogja, pria kelahiran Sukabumi ini terkadang mencari inspirasi lewat angkringan. Di sana, di antara riuhnya asap kretek dan semilir aroma kopi, ia menemukan suasana yang tepat untuk merenung serta mencurahkan pikiran-pikirannya ke dalam puisi. Angkringan bukan hanya tempat ngopi, tetapi juga tempat di mana ide-ide brilian muncul, yang kemudian menjelma puisi-puisi apik. Baginya, "Angkringan adalah nama sebuah sunyi, tempat kau melerai hati." (Sepotong Hati di Angkringan, 2021)

Saya di depan kutipan kondang milik Pak Jokpin yang dijadikan landmark di Teras Maliboro Jogja (dok. pribadi)
Saya di depan kutipan kondang milik Pak Jokpin yang dijadikan landmark di Teras Maliboro Jogja (dok. pribadi)

Penyair bernama lengkap Philipus Joko Pinurbo ini mengembuskan napas terakhir pagi tadi, di RS Panti Rapih Jogja jam 06.03 WIB. Dengan kepulangannya, Jokpin telah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia ini. Meski kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam, warisan karyanya akan terus menyala, menginspirasi generasi-generasi masa kini dan mendatang untuk berpikir kritis, serta merenungkan makna kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun