Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Tur Bus Jogja Heritage Track hingga Tur Diorama Arsip, 6 Kegiatan Seru di Jogja Ini Bisa Dinikmati Secara Gratis

12 September 2022   12:01 Diperbarui: 12 Oktober 2022   09:46 1692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menuju concert hall TBY, selalu ramai (dok.  pribadi)

Tak terasa, beberapa waktu lalu sudah satu dasawarsa UU Keistimewaaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disahkan. Banyak pihak yang menyoroti kalau Danais (dana keistimewaan) yang digelontorkan oleh pemerintah pusat terkait status keistimewaan tersebut sangatlah banyak, tetapi belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Malahan, ada yang menyebutkan angka kemiskinan di DIY justru meningkat.

"Jadi, selama ini Danais untuk apa saja?" Begitu pertanyaan orang-orang.

Sebagai warga Jogja, saya pun tak tahu betul dana tersebut digunakan untuk apa saja, hanya mengetahui secuil. Namun, di sini saya tak ingin ikut-ikutan mempertanyakan ke mana dana tersebut dianggarkan, karena topik tersebut sungguh sensitif dan pastinya menimbulkan pro-kontra yang mungkin berlanjut ke debat yang tak ada gunanya. Males banget sama keributan saya, tuh.

Saya mau membahas dari sisi menyenangkannya saja. Bukannya menutup mata, toh kita hidup diberi banyak pilihan untuk menyikapi suatu hal. Daripada mempertanyakan atau membahas kekurangan yang tak akan ada jawabannya juga, mendingan membahasa keseruannya saja.

Salah satu hal yang menggunakan Danais ialah sektor kebudayaan, itu yang saya ketahui. Jogja sangat gencar mengadakan berbagai acara terkait budaya yang didanai oleh Danais. Sebagai warga Jogja yang sok cerdas dan bijak, serta gemar berburu gratisan, saya harus turut memanfaatkannya, dong.

Caranya? Tentu saja dengan mengikuti atau mendatangi berbagai acara yang dibiayai oleh Danais tersebut, sehingga peserta atau pengunjung tak perlu mengeluarkan biaya untuk menikmatinya alias gratis.

Lantas acara apa saja yang dibiayai oleh Danais dan bisa diikuti oleh khalayak umum? Saya merangkumnya berdasarkan pengalaman, sesuai yang pernah diikuti atau dikunjungi. Sebenarnya, ada banyak kegiatan, tetapi hanya beberapa yang saya tuliskan di sini.

1. Workshop atau Lokakarya

Bukan rahasia kalau Jogja merupakan gudangnya seniman dan pengrajin andal. Dari hal tersebut, Dinas Kebudayaan atau yang di sini memiliki nama Kundha Kabudayan seringkali mengadakan berbagai workshop terkait kesenian atau kerajinan tanpa memungut biaya sepersen pun pada para pesertanya.

Para peserta workshop ecoprint dengan hasil karyanya (dok. pribadi)
Para peserta workshop ecoprint dengan hasil karyanya (dok. pribadi)

Workshop seringnya diadakan di tingkat kelurahan atau kecamatan, tetapi kadang ada yang bisa diikuti oleh siapa pun, tidak terbatas pada domisili peserta.

Proses workshop ecoprint (dok. pribadi)
Proses workshop ecoprint (dok. pribadi)

Contoh workshop yang dibuka misalnya saja cara membatik, membuat shibori, membuat kue, menjahit, sablon, public speaking, dan sebaginya. Sedangkan yang pernah saya ikuti di antaranya adalah workshop pembuatan ecoprint. Kegiatannya seru dan menyenangkan. Benar-benar menambah ilmu, dan diajari hingga bisa membuat sebuah karya.

Wajib narsis (dok. pribadi)
Wajib narsis (dok. pribadi)

Kalau ingin mengikuti workshop-workshop yang diadakan, teman-teman harus aktif mencari informasi di media sosial yang terkait atau di kampung tempat tinggalmu.

2. Wajib Kunjung Museum

Merupakan sebuah program dari Dinas Kebudayaan yang memfasilitasi anak-anak sekolah untuk mengunjungi museum-museum di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Namun, karena pandemi Covid-19 menerjang dan ada kebijakan bersekolah dari rumah untuk seluruh sekolah sehingga membatasi aktivitas mereka, maka program ini dialihkan ke usia dewasa dan dibuka untuk masyarakat umum hingga sekarang.

Tiga bus WKM dengan warna-warna menarik (dok. pribadi)
Tiga bus WKM dengan warna-warna menarik (dok. pribadi)

Setiap hari (Senin s.d. Jumat) ada kunjungan ke dua museum dengan tiga bus warna-warni menyerupai karakter Tayo yang disukai anak-anak. Kegiatan ini ada dua jenis, yaitu reguler dan mandiri. Perbedaannya hanya pada transportasi yang digunakan, sedangkan tiket museum, snack, serta makan siang, semuanya gratis. Oh iya, di setiap museum akan didampingi edukator, sehingga tak sekadar berkunjung tanpa tahu apa-apa setelahnya.

Gelang peserta (dok. pribadi)
Gelang peserta (dok. pribadi)

Untuk pilihan museumnya, sudah ditentukan oleh pihak Dinas Kebudayaan. Total museum yang bisa dikunjungi berjumlah 38, semuanya tersebar di seluruh Provinsi DIY (kecuali di Kabupaten Kulonprogo).

Kunjungan ke Museum Gumuk Pasir (dok. pribadi)
Kunjungan ke Museum Gumuk Pasir (dok. pribadi)

Kunjungan ke Museum Wayang Beber Sekartaji (dok. pribadi)
Kunjungan ke Museum Wayang Beber Sekartaji (dok. pribadi)

Cara mengikuti program ini mudah sekali, teman-teman tinggal membuka Instagram @wajibkunjungmuseum, kemudian klik tautan yang tercantum pada profil untuk mengisi formulir pendaftaran. Kemudian, silakan bersabar menunggu informasi kapan giliran dijadwalkan mengikuti kunjungan ke museum, karena antreannya panjang.

3. Tur Bus Jogja Heritage Track

Kalau teman-teman suka touring keliling kota menggunakan bus, wajib banget mengikuti kegiatan ini. Program diadakan sebagai salah satu upaya untuk mengenalkan masyarakat pada makna Sumbu Filosofi yang sedang diajukan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Bus Jogja Heritage Track yang bernama Bus Kraton dan Bus Malioboro (dok. pribadi)
Bus Jogja Heritage Track yang bernama Bus Kraton dan Bus Malioboro (dok. pribadi)
Terdapat dua bus yang disediakan, dan setiap harinya ada tiga kali keberangkatan. Rutenya menyusuri tempat-tempat terkait Sumbu Filosofi yang memiliki tiga titik penting, yaitu Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Pal Putih.

Foto bersama di depan Museum Sonobudoyo (dok. pribadi)
Foto bersama di depan Museum Sonobudoyo (dok. pribadi)

Tak sekadar menyusuri jalanan dengan naik bus, tur ini didampingi seorang edukator yang akan menjelaskan makna-makna yang melekat pada setiap tempat yang dilintasi.

Kalau saat ini rutenya masih sebatas Sumbu Filosofi (Sangkan Paraning Dumadi), ke depan akan dibuka berbagai rute dengan tema tertentu. Seperti yang baru saja diujicobakan lagi adalah Rute Kolonial.

Didampingi edukator dengan penjelasan lengkap dan tak membosankan (dok. pribadi)
Didampingi edukator dengan penjelasan lengkap dan tak membosankan (dok. pribadi)

Penasaran ingin keliling kota gratis dengan bus super estetik ini? Pantengin saja Instagram @sumbufilosofi dan rajin-rajin cek jadwal di web jogjaheritage(dot)com.

4. Pagelaran Seni di Taman Budaya Yogyakarta

Menurut saya, program ini merupakan yang termudah didapatkan informasinya (bisa diakses di Instagram @tamanbudayayogya) dan paling gampang diikuti.

Menuju concert hall TBY, selalu ramai (dok.  pribadi)
Menuju concert hall TBY, selalu ramai (dok.  pribadi)

Dalam seminggu ada beberapa kali pementasan yang digelar. Bisa berupa kethoprak, dagelan Jawa, teater, pentas tari, dan sebagainya. Lagi-lagi semuanya gratis, bahkan tanpa perlu registrasi. Teman-teman bisa langsung datang ke concert hall Taman Budaya Yogyakarta pada waktu ada pagelaran.

Pementasan Gelar Karya Sang Maestro Didik Nini Thowok (dok pribadi)
Pementasan Gelar Karya Sang Maestro Didik Nini Thowok (dok pribadi)

Kalau ingin menikmati aksi para seniman Jogja, terutama yang sudah memiliki nama besar, seperti Didik Nini Thowok, Marwoto Kawer, Susilo Nugroho atau lebih kondang dengan nama Den Baguse Ngarso, Tejo Badut, dan masih banyak nama lagi, sembari bisa berfoto bareng sesudahnya, boleh lah datang ke pagelaran-pagelaran seni di TBY.

5. Pameran Seni

Satu lagi yang informasinya sangat mudah diakses adalah pameran-pameran seni yang biasa digelar di Taman Budaya Yogyakarta, Jogja Nasional Museum, Gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo, atau di berbagai galeri seni lainnya yang tersebar di Jogja.

Komik Weeks di Ruang Pamer Museum Sonobudoyo (dok. pribadi)
Komik Weeks di Ruang Pamer Museum Sonobudoyo (dok. pribadi)

Sebuah pameran seni rupa di TBY (dok. pribadi)
Sebuah pameran seni rupa di TBY (dok. pribadi)

Pameran Sejarah Arung Samudra & Warisan Budaya Rempah Nusantara di Gedung Cendrawasih (dok. pribadi)
Pameran Sejarah Arung Samudra & Warisan Budaya Rempah Nusantara di Gedung Cendrawasih (dok. pribadi)

Informasi adanya pameran seni yang seringnya berupa seni rupa ini bisa didapatkan di berbagai media sosial yang terkait dengan Dinas Kebudayaan.

Seperti pagelaran seni yang bisa dikunjungi tanpa registrasi, pameran seni ini pun begitu. Namun, terkadang ada juga yang mewajibkan registrasi (online atau di tempat) kalau pameran yang diadakan sangat menarik minat pengunjung, sementara pembatasan orang di dalam ruangan masih berlaku.

6. Tur Diorama Kearsipan Jogja

Sebenarnya program ini tidak berada di bawah Dinas Kebudayaan, melainkan dalam naungan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah. Namun, akan sayang banget kalau tak saya masukkan dalam daftar yang bisa dinikmati secara gratis karena keberadaannya didanai oleh Danais.

Start mengikuti tur Diorama Arsip Jogja (dok. pribadi)
Start mengikuti tur Diorama Arsip Jogja (dok. pribadi)

Diorama Arsip Jogja menampilkan 430 tahun sejarah Jogja melalui arsip-arsip berupa arsip tekstual, arsip visual, arsip lisan, dan tuturan saksi sejarah yang disusun secara unik serta kreatif untuk memberikan sajian yang informatif, edukatif, sekaligus menghibur.

Ruangan pertama tentang masa Panembahan Senopati (dok. pribadi)
Ruangan pertama tentang masa Panembahan Senopati (dok. pribadi)

Dikemas dalam sebuah tur yang berlangsung kurang lebih 90 menit full penjelasan edukator, para peserta seolah diajak melintasi lorong waktu yang terbagi dalam 18 ruangan. Masing-masing ruangan menggambarkan suatu masa yang pernah dialami Jogja, mulai dari masa Panembahan Senopati yang mendirikan Mataram Islam hingga masa keistimewaan Jogja.

Dengan adanya diorama kearsipan ini diharapkan masyarakat umum dapat memetik pelajaran tentang sejarah Jogja dan jadi mengenal berbagai bentuk arsip.

Salah satu ruangan yang bikin takjub (dok. pribadi)
Salah satu ruangan yang bikin takjub (dok. pribadi)

Ingin menjelajahi sejarah Jogja lewat diorama arsip juga? Bisa langsung datang ke Gedung Depo Arsip di Jalan Raya Janti, masih satu kompleks dengan Grhatama Pustaka (timur Jogja Expo Center). Buka setiap Selasa hingga Minggu dengan pilihan tur antara jam 09.00 s.d 14.00 WIB. Disarankan registrasi dahulu ke web arsipjogja(dot)id untuk mengikuti tur ini.

Selalu narsis (dok. pribadi)
Selalu narsis (dok. pribadi)

Apakah teman-teman termasuk warga Jogja yang seperti saya, getol mendatangi berbagai kegiatan gratis yang dibiayai oleh Danais? Atau malah belum pernah memanfaatkan sama sekali? Kalau belum pernah, boleh banget kegiatan serasa pelesir atau piknik gratis ini sesekali dimasukkan dalam agendamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun