Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Dulu dan Kini, 7 Bangunan Belanda di Kawasan Nol Kilometer Jogja Ini Punya Fungsi Penting

29 Februari 2020   23:31 Diperbarui: 2 Maret 2020   04:02 2132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terlintas di pikiran saat mendengar kata Jogja atau Yogyakarta? Perasaan rindu? Keinginan pulang? Atau malah angkringan? 

Kalau kata penyair Joko Pinurbo, ketiga-tiganya. Iya, "Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan." 

Tak bisa dipungkiri, bagi yang pernah ke Jogja atau orang Jogja yang merantau, rasa rindu dan (ingin) pulang akan terus ada. Sementara bagi yang menetap, akan memunculkan perasaan cinta tanpa akhir untuk Jogja, seperti dalam penggalan lirik lagunya Katon Bagaskara--bukan Yogyakarta lho, ya.

Jogja memang semenarik itu. Dan kali ini, saya akan berbagi cerita dari dolan heritage Jumat pekan lalu (21/2) bersama teman-teman Kompasianer Jogja yang menyusuri kawasan nol kilometer. 

Dengan dipandu oleh Yulia Sujarwo, kompasianer yang sehari-harinya berprofesi sebagai tour guide dan penulis novel, kami sedikit menguak satu-per satu sejarah bangunan-bangunan Belanda yang dari dulu hingga kini masih tetap berfungsi.

Titik nol kilometer merupakan jantungnya Yogyakarta sejak awal Keraton Yogyakarta berdiri pada abad ke-18. Kawasan ini tak pernah lepas dari sejarah panjang, kawasan ini juga menjadi saksi bisu banyaknya peristiwa penting yang telah terjadi dan yang akan terus berlangsung hingga peradaban terhenti. 

Istilah nol kilometer sendiri mulai banyak beredar ketika Sri Sultan HB IX menjadi raja.

kawasan nol kilometer jogja sempat dipagari agar lalin lebih teratur (dok. KITLV Leiden)
kawasan nol kilometer jogja sempat dipagari agar lalin lebih teratur (dok. KITLV Leiden)
Dari dulu hingga kini, nol kilometer menjadi pusat perekonomian kota Yogyakarta, karena di kawasan tersebut berdiri kantor pemerintahan, kantor pos, bank, pasar, dan sebagainya. 

Tepat di tengah persimpangan dari 4 jalan yang diyakini merupakan titik nol kilometer Kota Yogya atau biasa disebut perempatan kantor pos besar, pernah dibangun sebuah kolam berbentuk lingkaran yang makin cantik dengan adanya air mancur. 

Namun karena lama-kelamaan keberadaan kolam tersebut justru dimanfaatkan oleh para gelandangan untuk cuci-jemur sandangan dan bahkan untuk mandi, akhirnya Sri Sultan HB IX menginstruksikan untuk memusnahkan air mancur tersebut pada awal 1980-an.

air mancur di titik nol kilometer jogja, dulu (dok. KITLV Leiden)
air mancur di titik nol kilometer jogja, dulu (dok. KITLV Leiden)
Penasaran juga bangunan-bangunan mana saja yang pekan lalu kami singgahi dan menyimpan kisah yang mungkin selama ini ternyata belum pernah mendengarnya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun