Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aneh Bagiku

11 Maret 2010   13:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:29 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerah dan mendung saling bergantian mengisi langit Jogja seharian ini. Tak ada sengatan ekstrem dari matahari seperti beberapa hari lalu. Hawa kurang nyaman melingkupiku, dingin. Setelah cuaca tak jelas, akhirnya hujan mengguyur sore, hanya sebentar, tak lebih dari 60 menit. Dalam deras hujan kulihat dari balik jendela, langit begitu cerah, ada mendung namun setitik saja. Orang lain boleh saja berpikiran biasa saja, bagiku aneh karena ini bukanlah hujan tokek seperti yang kadang terjadi. Hujan reda, cerah dan mendung masih silih berganti. Hawa masih menusuk tulang. Menjelang maghrib tiba-tiba saja matahari yang menjelang angslup di sebelah barat menampakkan dirinya secara utuh, memancarkan sinarnya yang begitu terang. Kulihat dari jendela yang memang menghadap barat, kupicingkan mataku, silau aku dibuatnya. Orang lain boleh menganggap biasa saja, namun tidak bagiku. Ini aneh....hampir setiap hari, kupandangi matahari menjelang angslup dari balik jendela, tapi tak pernah kulihat seperti sore tadi. Tak sampai 10 menit, semua kembali normal. matahari mulai angslup seperti seharusnya ketika maghrib menjelang. Perlahan-lahan langit mulai gelap, ditinggalkan sang surya menuju peraduannya. Adzan maghrib pun terdengar. Sejenak, kuambil air suci dan kulakukan ritual wajibku. Kuberdiri selepas maghribku, tiba-tiba tempatku berpijak bergoyang. Satu kali...aku tak merasakan, dua kali...aku tak merasakan juga. Lalu mengapa aku tahu pijakanku bergoyang? Orang lain lah yang memberitahuku. Entahlah...aku tak merasakan mungkin karena sedang berjalan, namun kulihat raut-raut muka panik. Setelah dua kejadian aneh yang aku saksikan sore dan menjelang maghrib. Ternyata ada kejadian lagi, yang membuat panik orang lain, namun untukku biasa saja, ya...gempa. Entah apalagi yang akan terjadi setelah ini, biarkan saja menjadi misteri-Nya. Kuhanya berharap, tak akan ada apa-apa, semoga semua baik-baik saja. *Ngampilan, 110310

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun