Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hangatnya Alkid

14 Februari 2010   11:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_74219" align="alignleft" width="300" caption="ringin kurung alkid"][/caption] Hmmm....apa sih alkid itu? Alkid adalah kepanjangan dari alun-alun kidul (selatan), salah satu dari dua alun-alun milik Keraton Yogyakarta yang terletak di belakang pintu gerbang Keraton. Letak alkid tidak begitu jauh dari sentra guded Jogja di Wijilan. Ciri khas alun-alun di Jogja adalah adanya dua ringin kurung di tengah-tengahnya, yaitu pohon beringin yang dipagari. Untuk ringin kurung di alkid memiliki makna simbolis laki-laki (sebelah barat) dan perempuan (sebelah timur). Yang tidak berubah dari alkid dulu sampai sekarang ini adalah adanya ringin kurung tersebut. Kalau dulu alkid lebih difungsikan sebagai tempat berlatih perang para prajurit Keraton, alkid yang sekarang identik sebagai tempat untuk nongkrong muda-mudi ataupun keluarga. Bahkan saat liburan banyak pengunjung dari luar kota yang ingin menikmati hangatnya suasana alkid di malam hari.

Di awal tahun 1990-an ada sebuah kegiatan/ritual yang entah awalnya bagaimana bisa muncul saya juga tidak tahu dan ritual ini juga bukan merupakan tradisi milik Keraton. Dalam ritual ini siapa yang bisa berjalan dengan mata tertutup sampai melewati antara dua ringin kurung maka akan mendapatkan berkah dan permohonannya akan terkabul. Ritual tersebut disebut masangin (kepanjangan dari 'masuk diantara dua pohon beringin'). Kini hal ini masih banyak yang melakukan dan mempercayainya, tapi ada juga yang menganggapnya just fun, termasuk saya. Jika kita ingin mencoba masangin, kita tidak perlu repot membawa kain untuk penutup mata karena cukup dengan Rp 3.000,00 kita bisa menyewanya.

[caption id="attachment_74213" align="aligncenter" width="300" caption="penyewa kain penutup mata"][/caption] Dalam perkembangannya, sejak kedatangan gajah-gajah milik Keraton yang dikandangkan di sebelah barat, alkid di malam hari tidak hanya ada ritual masangin saja, tapi mulai banyak pedagang yang berjualan di sana. Awalnya hanya pedagan lesehan yang menjual jagung bakar, roti bakar, wedang ronde, wedang bajigur, mie rebus/goreng dan sebagainya yang ada di alkid, dan itupun buka di malam hari. Tapi kini alkid sudah mulai ramai pada sore hari, berbagai macam pedagang ada, seperti mie ayam, bakso, bakwan malang, tempura, leker, cimol, cilok, siomay, es doger, dll. Pokoknya alkid sudah seperti foodcourt deh. Bahkan penjual pakaian, permainan mandi bola, kereta mini, bendi, becak mini dan odong-odong pun ada. [caption id="attachment_74230" align="aligncenter" width="300" caption="alkid di sore hari"][/caption] Semakin malam, alkid semakin ramai. Kalau sore hari lebih banyak ibu-ibu yang membawa anaknya, maka malam harinya gantian muda-mudi yang nongkrong di alkid. Apalagi saat ini di alkid juga banyak yang menyewakan sepeda tandem yang dihias lampu warna-warni dan ATV. Kita bisa bersepeda atau naik ATV mengelilingi alkid cukup dengan Rp 5.000,00 untuk dua kali putaran. Menghabiskan malam di alkid bersama pacar, teman atau keluarga sambil masangin, menikmati wedang ronde, bersepeda tandem, atau bermain ketapel kelap-kelip memang asyik. Dan bagi penggemar wayang, di malam tertentu Sasono Hinggil menggelar pertunjukan wayang yang membuat alkid semakin ramai sampai dini hari. [caption id="attachment_74235" align="aligncenter" width="225" caption="hangatnya wedang ronde"][/caption] [caption id="attachment_74231" align="aligncenter" width="300" caption="naik atv seru juga"][/caption] Beberapa waktu yang lalu, gajah-gajah yang telah lama dikandangkan di sebelah barat alkid dipindah ke Kebun Binatang Gembiraloka karena alasan intern dari pihak Keraton, meski begitu alkid tetap saja ramai. Ketika para Satpol PP menertibkan para pedagang tak berijin pun alkid juga tetap ramai. Alkid di malam hari selalu ramai, dengan atau tanpa para pedagang. Alkid kini memang telah menjelma menjadi ruang publik yang modern. Dari yang semula sebagai tempat latihan prajurit hingga menjadi salah satu alternatif tujuan wisata. Bagi warga sekitar, alkid juga merupakan sumber rezeki. Beberapa dari mereka ada yang mencari nafkah dari ramainya alkid, seperti mereka yang menjadi pedagang, tukang parkir, pengamen, tukang sewa kain penutup mata untuk masangin, tukang sewa sepeda tandem, tukang odong-odong, dll. Berwisata ke Jogja tanpa nongkrong di alkid rasanya ada yang kurang. Rasakanlah kehangatan alkid, meskipun saat rintik hujan sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun