Mohon tunggu...
Shahnaz Apsari Maghfirah
Shahnaz Apsari Maghfirah Mohon Tunggu... -

Saya suka menulis , musik, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan dalam Cermin

21 November 2014   17:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:13 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

cermin tak pernah berteriak; ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terhisak, meski apa pun jadi terbalik di dalamnya; barangkali ia hanya bisa bertanya: mengapa kau seperti kehabisan suara? (Sapardi Djoko Damono) Sudah berapa tahun sejak masih memakai seragam putih abu-abu , bayangan Hans masih sering muncul dan menghilang seperti arakan awan yang melintas lembut di langit biru. Sampai sudah memakai kemeja dengan rok panjang dan berjilbab pun bayangan Hans masih sering terlintas. Kadang berhenti begitu cukup lama sampai membuat bibir ini menyunggingkan senyum sepersekian detik, atau bahkan sampa meneteskan½ tetes air mata di saksikan iringan lampu kota yang mulai terang, bahkan saat siluet wajah Hans yang begitu ku kenal membuatku menggelengkan kepala sambil mengutuk dalam hati “Berhenti Hans, berhenti berjalan seenaknya di atas kepalaku” Perasaan menjadi sedikit kacau saat bayangan Hans sedang mengganggu. Ntah apa yang bisa membuatku sedikit tenang. Menggenggam tangan nya pun mungkin sedikit bisa menenangkan walaupun muncul rasa bersalah karna sejujurnya fikiran ini kadang masih terbagi menjadi 2. Antara Hans dengan dia. Aren't you somethin' to admire cause your shine is somethin' like a mirror And I can't help but notice you reflect in this heart of mine Apa aku harus bersembunyi di balik ilalang yang menari-nari indah, agar bayangan Hans menghilang tertikam kilauan tarian hijaun dari sepucuk ilalang. Ataukah harus aku membenamkan diri dalam lautan kesedihan agar tak bisa lagi mengingat kebahagiaan masa lalu dengan Hans walau mungkin hanya sedetik.

Hans seperti bayangaku. Dimana setiap aku berjalan, dia selalu mengikuti.Bersembunyi pun dia mengikuti. Berlari pun dia semakin mengejar. Hanya saja,itu hanya bayangan Hans, bukan raga Hans yang sesungguhnya. Ketika melewati deretan kaca pun aku seperti melihat pantulan bayangan Hans sedang menatapku erat, tak berkedip aku memandangnya balik. Sekelabat rasa kecewa pun menghantui karna Hans yang sering kulihat adalah hanya imajinasi. Biarpun tak nyata, tapikau Hans , Ah ya, Hans, kau selalu ada di tiap detik saat aku merindukan keberadaan mu yang kini ntahlah aku tak bisa mendeteksinya. You were right here all along It's like you're my mirror My mirror staring back at me Pergilah Hans, jangan biarkan jari-jari tangan ku terus menerus menulis dan meracau tentang keberadaan mu yang tidak akan pernah tercapai oleh tanganku yang rapuh.Tangan ku yang telah tergenggam oleh dia, yang nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun