Setelah sekian lama, Kahlil datang lagi padaku.
Benar juga kata Pakde, katanya dengan wajah sumringah.
Apa kataku itu, Kahlil? Aku balik bertanya.
Bahwa kesempatan itu adalah waktu. Waktulah yang akan memberi kesempatan. Begitu Pakde pernah katakan .
Jadi, apakah kamu sudah diberi kesempatan itu oleh waktu? tanyaku.
Sepertinya ragu, tapi segera Kahlil menjawab,Â
Kurasa begitu, Pakde. Orang tak lagi mempermasalahkan langkahku yang lalu. Tapi apa yang harus kulakukan ya Pakde?
Orang bisa saja melupakannya. Tetapi, luka yang mereka alami mungkin belum atau bahkan tidak disembuhkan. Selagi kamu mampu mewujudkan apa yang kamu pernah janjikan, kamu bisa memenuhi keinginan mereka, maka mereka tak akan mengganggumu lagi. Bahkan mungkin akan memujimu. Namun apabila langkahmu tidak selaras dengan keinginan mereka, maka luka itu akan terbuka lagi. Mereka akan mengusikmu lagi, bahkan mungkin akan menghujatmu.
Baik Pakde, terima kasih. Saya akan berusaha sebagaimana Pakde katakan. Kahlil pun mengakhiri perjumpaan itu.
Yah, Kahlil akan segera dikukuhkan sebagai salah seorang pemimpin. Semoga ia mampu mewujudkan apa yang ia janjikan, semoga ia mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang ia pimpin.
Jambi, 19 Oktober 2024