Mohon tunggu...
SG Ferryanto
SG Ferryanto Mohon Tunggu... -

Seorang suami yang sedang ikut membesarkan dan mendidik dua anak laki-lakinya.. Pemerhati interaksi antara perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memilih Prabowo atau Jokowi Memakai Metode STAR - Debat Capres 9 Juni 2014

11 Juni 2014   19:50 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:12 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau Anda belum bisa menentukan pilihan antara pasangan Prabowo- Hatta Rajasa dan pasangan Jokowi-Jusuf Kala, Anda termasuk golongan pemilih terbesar,  yaitu 42% massa mengambang . Dengan perbedaan hanya  13% antara kedua pasangan tersebut, Anda berada di golongan yang sangat menentukan siapa yang bakal menjadi presiden RI mendatang.

Kemungkinan besar Anda tidak begitu mengenal kedua pasangan tersebut dan bingung menentukan cara memilih salah satu dari  dua pasangan tersebut. Ini sangat lumrah dan bisa dimaklumi.  Ini ibaratnya Anda adalah pemilik usaha yang mau menentukan salah satu dari dua kandidat yang melamar satu lowongan pekerjaan yang ada. Seperti halnya pemilik usaha Anda tentu akan memilih kandidat yang teruji mempunyai potensi untuk bisa mengerjakan tugas presiden yang mensejahterahkan Anda sebagai pemiliknya.  Sebelum menentukan pilihannya, pemilik perusahaan perlu mewawancari para kandidat untuk mengetahui  apakah potensi yang dimiliki seorang kandidat cocok dengan pekerjaan yang ada. Dalam pemilihan presiden ini dilakukan lewat proses debat. Debat presiden bisa dipakai untuk memeriksa apakah jawaban kandidat mengutarakan waktu kapan si kandidat mempraktekan kepemimpinan, kerja tim, karya nyata, membangun, inovasi, berkomunikasi dan sebagainya.

Pemilik usaha tentu tidak memilih kandidat berdasarkan  kriteria “suka atau tidak suka”  dari penamplian para kandidat.  Pilihannya  didasari kriteria apakah pengalaman dan prestasi para kandidat “cocok  atau tidak cocok”  untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik,  benar, efisien dan optimal.  Karena pandainya seorang kandidat membuat cerita  yang  mengesankan, pemilik bisa terperosok memilihnya berdasarkan kesan yang ditimbulkan.   Untuk menghindari pemilihan berdasarkan kesan banyak perusahaan memakai  teknik wawancara perilaku (behavior-based interview techniques).  Teknik ini didasari ide bahwa relevansi prestasi masa lalu seseorang bisa dipakai meramal prestasi yang bakal dihasilkan di posisi baru yang ditawarkan. Dengan kata lain, seberapa baiknya kita bertindak selama ini akan membantu pewawancara memutuskan sejauh mana kita mempunyai potensi mengerjakan yang terbaik di posisi yang baru. Kebanyakan orang bisa membuat cerita yang bagus waktu wawancara berupa inspirasi. Padahal inspirasi itu bukan tindakan yang pernah dilakukan. Demikian pula seorang kandidat bisa mengelabui pewawancara atau masyarakat lewat inspirasinya.

Untuk memeriksa apakah jawaban seorang kandidat dalam debat bukan cuma sekedar  inspirasi bisa  dipakai  model evaluasi perilaku STAR, yaitu apakah jawaban meliput  unsur-unsur Situation, Task, Action, dan  Result:


  • Situation:  Menceritakan secara singkat situasi yang menggambarkan konteks tindakan yang pernah dilakukan, misalya siapa pelakunya, apa , dimana, kapan dan bagaimana dilakukan.
  • Task: Menjelaskan tugas yang pernah dirampungkan, atau persoalan yang  pernah diselaikan.
  • Action: Menguraikan tindakan-tindakan yang diambil untuk merampungkan tugas atau menyelesaikan persoalan.
  • Result: menutup jawaban dengan menjelaskan hasil dari usaha-usaha yang dilakukan.

Jawaban dalam debat yang berisi STAR adalah  jawaban berdasarkan tindakan nyata  yang bisa dipakai meramal keberhasilan diposisi yang baru.  Mari kita ambi berapa contoh dari debat Capres-Cawapres  tanggal 9 Juni 2014 lalu dengan tema 'Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan Bersih dan Kepastian Hukum'.  Moderator memberikan fakta bahwa partai dan parlemen adalah salah satu tempat korupsi. Capres-cawapres disokong oleh sekumpulan partai-partai tentu. Kedua pasangan capres-cawapres  diminta memberikan langkah-langkah nyata apakah yang  akan mereka lakukan untuk mempimpin pemerintahan yang bersih dari rongrongan partai, mengetahui  presiden perlu dukungan partai dan parlemen dalam menjalankan tugasnya.

Prabowo-Hatta: menjawab dengan merencanakan untuk tidak merongrong anggaran negara, menghentikan kebocoran dalam sumber daya alam Indonesia ke luar negeri, mensyaratkan koalisi tanpa bagi-bagi posisi, bertanggung jawab ke pada rakyat bukan pada parlemen, membangun kabinet  ahli, dan bersemboyan dari rakyat untuk rakyat. Jawaban Prabowo-Hatta pada umumnya berupa inpirasi, jawaban-jawaban normatif dan generik dan tidak mengikuti model STAR. Jawaban mereka sulit dipakai sebagai acuan untuk meramalkan apa yang bakal mereka lakukan jika mereka benar-benar menjadi presiden. Karena tidak ada jejak rekaman tindakan mereka dalam mengkesekusi jawaban-jawabannya.

Jokowi-JK: menyodorkan tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan.  Mereka menekankan bahwa mereka dipilih bukan karena menjabat ketua partai politik, tapi karena  prestasi.  Koalisi  yang dibangun sangat ramping untuk mengurangi kemungkinan terjadi politik dagang sapi. Dana diperoleh dari rakyat secara terbuka dan diaudit oleh lembaga professional. Jawaban Jokowi- JK dalam konteks STAR: Situation - memberi situasi perlunya mengurangi pengaruh partai yang cenderung korupsi, tetapi mereka perlu koalisi  untuk memenuhi ambang  persyaratan tertentu. Target - memenangkan pemilu. Action: mereka dipilih sebagai capres-cawapres  karena prestasi, bukan karena mereka ketua partai dan membuka dana dari masyrakat yang diaudit secara professional. Result - hasil sementara adalah dukungan dari rakyat yang lebih besar daripada lawannya. Jawaban mereka sepenuhnya mengikuti model STAR sehingga memudahkan kita meramalkan tindakan apa yang bakal mereka lakukan jika terpilih.

Waktu kedua pasangan diminta memberi jawaban bagaimana usaha mereka menyakinkan rakyat Indonesia untuk mempertahankan keragaman atau Bhineka Tunggal Eka  (BTE) yang ada dalam masyarakat, kedua pasangan kandidat menyatakan bahwa BTE  sudah final, tidak bakal diganggu gugat.

Prabowo – Hatta menambahkan bahwa UU sudah mencukupi untuk mempertahankan BTE dan yang penting adalah pelaksanaan. Prabowo memberi contoh bagaimana dia mendukung pencalonan Ahok dari golongan minoritas menjadi wakil gubernur untuk memberi bukti tindakan nyata  bahwa mereka adalah pendukung BTE, walaupun banyak yang menentang pencalonan Ahok.  Selebihnya mereka meneruskan dengan pernyataan-pernyatan inspiratif tentang  perlunya pluralisme.

Jokowi-JK menekankan pada tindakan-tindakan yang mereka lakukan misalnya mempertahankan lurah Susan, seorang minoritas baik suku maupun agamanya. Susan dipilih secara demokratis dan mempunyai kemampuan menjalankan tugasnya.  Kemudian dia didemonstrasi minta agar dicopot dari jabatannnya oleh golongan yang mempunyai agama  mayoritas didaerahnya.  Bukti-bukti lain dipaparkan pengalaman JK mendamaikan kasus-kasus SARA di Poso, Ambon, dan Aceh. Pasangan Jokowi-JK sepenuhnya menekankan pada tindakan nyata dari berbagai situasi dan hasilnya,  dan menghindari pernyataan-pernyataan inspiratif dalam meyakinkan perlunya pluralisme.

Keduanya mengikuti model STAR. Probowo-Hatt  meyakinkan rakyat memakai satu kasus dan selebihnya berupa pernyatan ispiratif harapannya. Jokowi-JK memberi banyak contoh tindakan yang telah dilakukan untuk meyakinkan bahwa mereka secara konsisten telah membela BTE.

Silahkan Anda melihat  rekaman debat capres-cawapres 9 Juni 2014 dan kemudian, memakai pendekatan STAR,  menilai pasangan manakah yang tindakan-tindakannya bisa dipakai untuk meramalkan apa yang mereka bakal lakukan ditingkat nasional. Sebagai pemilih yang masih bimbang Anda bisa memakai model STAR ini untuk terus menilai tindakan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK dari banyak kesempatan dan dari forum debat  berikutnya untuk mengambil keputusan di hari pemilihan.

Mayoritas pengamat menyatakan di berbagai media massa bahwa  pasangan Jokowi-JK dalam menjawab masalah-masalah pemberantasan korupsi, HAM, hukum,  pemekaran daerah, dan lainnya dengan menyodorkan rencana-rencana kongkret, bicara bagaimana mengeksekusi, dan mampu menghadirkan bukti dan contoh nyata yang telah mereka lakukan. Sementara itu, Prawobo-Hatta bagus secara konseptual tapi kedodoran dalam hal eksekusi sehingga  pemaparan mereka lebih seperti pidato memberi inspirasi. Jawaban-jawaban mereka seringnya normatif dan generik, bukan dengan contoh berupa tindakan nyata yang mereka pernah lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun