Mungkin kamu seringkali ingin menyerah bahkan kadang-kadang masih terjadi hingga sekarang kamu masih suka merasa tidak berharga, tidak pantas, atau bahkan malu atas diri sendiri yang belum bisa mememuhi ekspektasi pribadi.
Masa laluku juga penuh dengan situasi menyerah. Aku pernah marah kepada banyak orang yang merupakan bagian dari ramalan kemarahanku atas diri sendiri karena itu aku melaknat segala bentuk perundungan.
Pasti ada berbagai macam bentuk perundungan yang pernah atau sedang kamu rasakan. Mulai dari jagoan kelas yang seringkali mengolok-ngolok dirimu, teman-teman yang sering mencemooh, dilecehkan oleh seseorang yang tidak kamu kenal, atau bahkan perundungan itu kamu dapatkan dari mereka yang tidak kamu sangka akan mampu membuatmu terluka, seperti saudaramu yang seringkali mengejek dan mempermalukanmu. Dan saat itu kamu tidak bisa melawan. Ya, kamu hanya menangis dalam diam dan juga melihat rendah dirimu sendiri.
Sejak itulah kamu mengalami perundungan demi perundungan yang membuatmu sangat tidak nyaman berada diantara mereka. Akhirnya kamu memutuskan untuk mengubah dirimu sesuai dengan apa yang membuatmu nyaman dan senang, atau bahkan kamu menjadikan dirimu seperti apa yang mereka inginkan, tapi realitanya? Hadeuuuhhh, kamu tetap saja ditertawakan. Kamu begini, ada yang mencaci. Kamu begitu pun, ada yang mencaci. Bagaimana kamu tidak bingung???
Selain perundungan, hal lain yang membuatku merasa ingin menyerah yang mungkin juga kamu rasakan adalah tradisi membicarakan atau menjelek-jelekkan teman atau pihak tertentu. Padahal membicarakan teman atau orang lain merupakan suatu hal yang biasa terjadi, tetapi tetap saja, bagiku itu adalah sesuatu yang amat menakutkan.
Kita punya rasa takut dianggap buruk, bukankah itu hal yang wajar? Sering aku khawatir dan terus menerus berfikir "Apakah mereka melakukan hal yang sama  kepadaku?" Apa kamu juga memiliki ketakutan ini?
Hal inilah yang membuat kita sangat khawatir. Akhirnya ketika apapun yang kamu pedulikan atau yang berhubungan denganmu dibicarakan dan diolok-olok, kamu langsung merasa terserang.
Contoh kecilnya begini, salah satu sahabatku pernah merasa sangat malu dengan keluarganya sendiri. Karena teman sekelasku pernah merendahkan, menghina, dan menertawakan bidang pekerjaan yang ternyata juga dikerjakan oleh ibunya. Efek dari perundungan ini, dia menjadi seseorang yang sering marah di rumah pada ibunya dan melarang ibunya untuk datang ke sekolah. Akhirnya dia tidak pernah akur dengan Ibunya hingga dewasa. Dan tentunya masih banyak contoh perundungan yang familiar terjadi atau bahkan yang kamu rasakan saat ini dalam hidupmu.
Ternyata, saat sesuatu yang sangat erat dengan kehidupan kita direndahkan, ditertawakan, atau dipermalukan, itu juga bisa menjadi sebuah perundungan.
Banyak sekali ungkapan dari orang lain yang membuat kita sulit untuk mencintai diri sendiri, terlebih itu benar atau salah. Pasalnya itu bagaikan tornado kebencian yang semakin hari semakin besar dan semakin parah hingga akhirnya kita lupa apa yang sebenarnya mengakibatkan kita bisa begitu membenci sesuatu. Ya, ketakutan dan rasa sakit di masa lalu yang membekas dan menumpuk menjadi kumpulan kekhawatiran yang sulit lepas dari diri kita sendiri.
Terakhir, ingin kukatakan padamu. Ingat satu hal ya! Meskipun kita tidak ada niatan untuk menyakiti seseorang tetapi ternyata seseorang itu merasa terluka akan ucapanmu, meminta maaf bukanlah suatu hal yang rendah dan memalukanmu sama sekali. Kamu bisa menyelamatkan seseorang menuju luka yang menahun meskipun terkadang stimulus atau hal yang terjadi di luar diri kita sebenarnya bersifat netral dan tidak bisa dikontrol, setidaknya kita dapat mengontrol diri kita untuk meminimalisir melakukan hal yang dapat menyakiti pihak lain.