Mohon tunggu...
Samuel F Djetul
Samuel F Djetul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi_UMBY

Suka nulis aja.!

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Kerusuhan Mei 1998: Awan Hitam di Langit Indonesia

31 Mei 2022   15:30 Diperbarui: 16 Mei 2024   13:12 1741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber grafik: databoks.katadata.co.id

Tak disangka, bahwa dahulu dalam perjalanan negeri Indonesia yang kita cintai bersama ini, pernah ada sebuah peristiwa kemanusiaan yang begitu pilu menyayat hati, dan menjadi awan hitam dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Negeri yang katanya pluralisme dan menjunjung tinggi akan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” (Berbeda-beda Tetap Satu), justru pernah mengalami pergolakan rasial yang begitu akut hingga berujung pada krisis kemanusiaan.

Kerusuhan Mei 1998 adalah tragedi kelam dalam catatan sejarah perjalanan bangsa Indonesia, yang tak bisa dilupakan oleh mereka yang pernah menyaksikan, merasakan, dan menjadi bagian dari potret keadaan bangsa Indonesia di masa-masa krisis 1998 itu. Tragedi yang terjadi pada 12-15 Mei 1998 yang terkonsentrasi gejolaknya di Jakarta, Medan, dan Surakarta tersebut, mulai berawal dari krisis finansial Asia 1997 (krisis moneter), yang kemudian merambah pada krisis ekonomi Indonesia 1998 dan menimbulkan banyak perusahaan yang bangkrut, jutaan orang dipecat, sebagian bank dilikuidasi, penghentian berbagai proyek besar, dan lain sebagainya. (Kompas.com).

KERUSUHAN MEI 1998 (Kabung Mahasiswa Trisakti hingga Rasial Etnis Tionghoa)

Sumber gambar: hukumonline.com
Sumber gambar: hukumonline.com

Keadaan negara dengan krisis ekonomi yang kolaps tersebut, pada akhirnya memicu aksi protes dari masyarakat terutama mahasiswa yang turun ke jalan dengan beberapa tuntutan reformasi, salah satunya adalah menuntut agar Soeharto segera mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden RI yang telah menjabat selama 31 tahun lamanya. Gerakan unjuk rasa ini kemudian memakan korban, empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak oleh peluru panas dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Keempat mahasiswa pejuang reformasi yang tewas tertembak tersebut yakni adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Pasca penembakan tersebut, keadaan pun dalam suasana kabung yang penuh tegang dan mencekam.

Kerusuhan ini kemudian mulai merambah pada isu rasial khususnya pada sentiment anti-Tionghoa. Apalagi diketahui sentiment anti Tionghoa pada saat itu memang sudah lama bergaung. Sehingga, hal tersebut kemudian dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang berkepentingan di dalam pemerintahan kala itu dengan menebarkan tuduhan bahwa etnis Tionghoa adalah penyebab krisis moneter di Indonesia. Hal ini pun dilakukan dengan cara menyebarkan informasi palsu bahwa etnis Tionghoa melarikan uang rakyat ke luar negeri dan sengaja menimbun sembako, sehingga membuat rakyat pribumi menjadi kelaparan dan sengsara dalam ekonomi. Apalagi pada saat itu jika dilihat secara materi, perekonomi etnis Tionghoa bisa dikatakan cukup stabil dan strategis serta dinilai lebih sukses. Sehingga, membuat masyarakat pribumi semakin dalam kebenciannya terhadap keberadaan etnis Tionghoa. (Tempo.co).

Sumber gambar: intisari.grid.id
Sumber gambar: intisari.grid.id

Hal ini kemudian mengalihkan kemarahan masyarakat. Warga yang beretnis atau berketurunan Tionghoa, mulai menjadi target sasaran pelampiasan kemarahan dan dijadikan sebagai kambing hitam oleh para perusuh. Penjarahan harta benda, pembakaran properti, perusakan, pembunuhan, hingga kekerasan seksual secara masal, menjadi musibah tragis bagi warga etnis Tionghoa kala itu. Ditambah lagi adanya desas-desus yang beredar bahwa etnis Tionghoa adalah bagian dari rezim Soekarno yang menganut paham komunis, dimana paham ini merupakan paham yang bertentangan dengan masyarakat mayoritas. Sehingga, hal tersebut semakin menambah akan kebencian dari masyarakat pribumi dan membuat warga etnis Tionghoa semakin diposisikan sebagai kaum yang tidak disukai serta disisihkan atau dislike minority. (Tempo.co).

KEKERASAN SEKSUAL MASSAL TERHADAP PEREMPUAN ETNIS TIONGHOA

Sumber gambar: qbukatabu.org 
Sumber gambar: qbukatabu.org 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun