Mohon tunggu...
fadjar nugroho
fadjar nugroho Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lha Kok Ngene To ?

5 Februari 2010   15:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tahun 1998 yang lalu,... kalau dihitung dari sekarang yah itung saja sudah 11 tahunlah.  Jembatan Semanggi jadi pertemuan anatara mahasiswa dan aparat. Plak- plak ! tongkat atau apapun dipukul-pukul.  Mars lagu demo dinyanyikan bersahutan-sahutan.  Dan api dari bom molotov sempat berhamburan dan tiba2 Dor !  Dor !  Darah menetes di jalan, dan diataranya jiwa juga melayang.

Toko dijarah, jalanan lengang, jalan tol bebas bayar, kantor tutup.  Mau apa lagi.  Dan sejarah mulai memasuki pintu baru ketika atap gedung DPR diduduki dan akhirnya ada yang sanggup mundur.  Reformasi, harapan baru.  Yang namanya KKN harus hilang !

Tapi saat ini, godaan terus menerus mendera para pemimpin.  Para alumni partai besar saat itu yang dimohon untuk dibubarkan kini malah menyebar kemana-mana.  Kalau kita lihat ketika Pansus Bersidang, wah alumni partai besar itu telah berhadap-hadapan, mereka seperti berseberangan.

Berarti .... mereka itu satu partai, namun berbeda pandangan, kalau kita bayangkan saat itu mereka dalam satu partai namun juga berbeda pandangan.  Oooo makanya negeri ini nggak sampai-sampai di tujuan ... itu bayangan saya.

Nah sekarang mereka telah mengakui berkoalisi namun tiba-tiba mau pecah lagi .... ooo makanya negeri ini nggak sampai tujuan lagi.

Kita saat itu mememilih langsung wakil untuk duduk di DPR.  Kita saat itu mememilih langsung Presiden dan Wakil Presiden.  Tapi sekarang apa yang terjadi.  Pilihan - pilihan kita itu saat ini lagi berdebat.

Celakanya kita juga sedang terjebak pada perang "CITRA".  (Para sineas muda emoh gabung pada rebutan piala "CITRA").  Ketika Bung Karno sama Bung Hatta berbeda pandanngan, seketika itu Bung Hatta dengan jiwa kenegerawanan memilih mundur.  Demi bangsa, pemerintahan yang (solid ?) bisa efektif berjalan, tentu dengan pikiran sang Presiden yang berjalan.  Namun satu tahun atau dua tahun yang lalu terjadi dinegeri ini berbeda khan ?

Begitu pasangan pemimpin berakhir, "Itu hasil karyaku yang baik" saling klaim.  Namun ketika ada masalah, "wee.... itu bukan aku".  Wisa pokoke perang pencintraan.

Nah di Bank besar juga begitu, ada yang bilang "ini sarang penyamun".  Tapi sekali lagi idealnya setiap ada pertemuan pemimpin seharusnya lengkap, dan di rapat itu bilang "AKU tidak SETUJU ".  Namun ...... saya sedih banget ketika sudah diluar, Ada yang bilang "Ee... disana ada yang beres" Lho.... lho ....

lha Kok ngene to ?

Negeri ini kapan lelah menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun