Mohon tunggu...
sevty purwaningsih
sevty purwaningsih Mohon Tunggu... -

mahasiswi di universitas swasta di bogor yang bercita-cita ingin membangun pribadi dan masyarakat yang lebih baik dan islami

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diari Seorang Mujahidah

12 Januari 2012   05:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:00 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13263476571922957882

(Fiksi itu bebas, sehingga karya ini dibuat bukan untuk menyinggung SARA)

30 Oktober 2011

Masya Allah….aku benar-benar nekat untuk hari ini. Tanpa restu kedua orang tuaku akhirnya aku melenggang bersama abaya hitam dan kerudung besar berwarna senada menyisir setiap kelokan gang sempit rumahku. Aku bukan ingin menjadi anak durhaka, tapi aku hanya ingin menegakkan sunnah yang selalu dihalangi kedua orang tuaku. Aku tak tahu kenapa mereka melarangku, padahal mereka tahu keputusanku ini adalah perintah Allah…..

Kali ini aku menarik sebuah cadar mesir berwarna hitam dari saku tas yang ku selempangkan di tubuhku. Tanpa perduli lagi, ku pasang cadar itu dan ku melangkah semakin jauh dari area rumahku.

Semoga Allah meridhoiku…….

31 Oktober 2011

Hari ini aku kembali mengenakan cadar ketika sudah agak menjauh dari area rumahku. Aku semakin tak perduli dengan keadaan sekitarku. Yang ada dalam benakku saat ini adalah aku yakin pada keputusanku, aku yakin jalanku benar, dan aku memiliki dalil yang kuat untuk apa yang ku lakukan. Aku adalah hamba Allah yang mencintai Rasulullah karenanya aku tak takut pada siapapun yang menghalangiku menegakkan sunnah pada diriku sendiri.

Mulai kemarin, semua mata mulai menatapku aneh di setiap keberadaanku. Di jalan, angkot, bahkan kampus. Semua mata seakan mencurigaiku. Rasanya mereka seperti hendak mencabikku dan meludahi wajahku. Tapi aku tak gentar, karena ku yakin Engkau selalu ada untukku, Ya Allah……

1 November 2011

Hari ini aku dapat kabar dari Ummu Zakariya, kalau ternyata pengajian yang biasa diadakan hari jumat diganti menjadi hari sabtu siang. Aku sih tak pernah mempermasalahkan hal itu kok, yang penting aku bisa ikut kajian dan ilmuku semakin bertambah mengenai islam, sekaligus sebagai menyemangatku dalam menegakkan syariat dan sunnah dalam diriku sendiri.

Aku memang belum cerita tentang siapa Ummu Zakariya ini. Beliau ini adalah seorang akhwat yang dipercaya sebagi ustadzah di acara pengajian muslimah dari sebuah organisasi islam di Bogor. Dia bercadar, dan memang kebanyakan muslimah di organisasi ini hampir kebanyakan bercadar. Aku ikut organisasi inipun pada awalnya karena ingin menjawab pertanyaan hati yang ingin sekali bercadar. Padahal waktu itu aku belum sama sekali mengerti hukum cadar sebenarnya, tapi setelah tahu maka semakin bersemangat sajalah diri ini untuk bercadar. Walaupun akhirnya belum berani bercadar dari depan pintu rumah, setidaknya aku sudah mulai mencoba. Insya Allah disetiap rakaatku pun selalu berdoa agar bercadar dapat menjadi sesuatu yang legal untukku. Amin……

2 November 2011

Aku disidang pihak kampus karena ulahku bercadar di area kampus. Aku tak pernah takut ketika setan dalam bentuk manusia, siapapun itu, menghalangiku untuk menegakkan sunnah. Aku siap keluar dari kampus jika memang hal itu tidak diperbolehkan.

Namun, nyatanya mereka hanya meminta keteranganku saja dan interogasi pun berlangsung selama tiga jam. Mereka bertanya macam-macam mengenai halaqohku, tempat pengajianku, dan bagaimana pendapatku tentang islam, dan seterusnya. Alhamdulillah aku bisa menjawab semua interogasi itu dengan bantuan Allah. Allah pula yang membantuku untuk meluluhkan hati para pembesar kampus ini untuk tidak melarangku bercadar di area kampus.

Alhamdulillah semua masalahku dikampus selesai tanpa harus ku libatkan orang tua di sini.

3 November 2011

Sejak kemarin akhirnya semua orang tahu aku adalah perempuan satu-satunya di kampus “sekuler” ini yang bercadar. Tak jarang pula banyak anak DKM dan FKMI kampus yang menatapku aneh.

Kenapa dengan mereka?!

Aku memang tidak pernah bergabung dengan Ormas Kampus, karena aku tak mau terlibat dengan pengeklusifan mereka, makanya aku lebih nyaman dengan Ormas di luaran kampus.

Mau semua mata memandangku aneh atau jijik atau apalah namanya, aku tak pernah gentar ketika LA ILLAHA ILLALLAH MUHAMMADDU RASULULLAH sudah tertanam dalam jiwa dan ragaku. Aku tak ingin islam yang setengah-setengah.

Tapi bagaimanapun juga satu hal yang belum bisa ku lawan adalah orang tuaku. Sampai detik ini hanya mereka; Ibu dan Bapak, keluarga dan tetangga yang belum mengetahui kalau aku telah bercadar.

5 November 2011

Aku berkumpul bersama sahabat-sahabat imanku di sebuah kajian. Hari ini aku menghadiri kajian muslimah. Mendengarkan Ummu Zakariya bertausiah dapat mengembalikan semangat diri dalam beribadah. Semakin teguh saja rasanya untuk mempererat tali silaturahim tanpa melalaikan syariat dan sunnah ini.

6 November 2011

Idul Adha atau Lebaran Haji. Semua muslim di dunia sedang sibuk berkurban tak bedanya dengan para jama’ah haji di tanah suci, mereka juga pasti tengah sibuk tapi bedanya di sana mereka tengah melengkapkan rukun haji mereka.

Insya Allah mereka semua dijadikan haji yang mabrur….amin….

Semoga Allah juga menakdirkan aku tuk merasakan nikmatnya berangkat haji….Amin….

7 November 2011

Aku mulai sibuk kembali dengan skripsiku. Setiap dua hari sekali aku pergi ke kampus dan saat itupun semua mata memandangku. Tapi lagi-lagi aku sudah terbiasa. Aku sudah tak ingin menggubrisnya, yang jelas saat ini aku semakin percaya diri saja dalam melangkah. Aku tak perlu khawatir dengan fitnah wajahku yang ku takutkan. Aku pun merasa lebih aman karena tak semua orang yang mampu melihat wajahku. Insya Allah ini semua akan mendatangkan mashlahat untuk semuanya.

Dosen pembimbing sempat takut saat ku duduk menghadapnya, Alhamdulillah pembimbingku kali ini adalah dosen perempuan sehingga akupun tak segan untuk melepas cadarku ketika menemuinya di ruang kantornya. Tapi yang ku risaukan nantinya adalah pembimbing keduaku yang laki-laki, tidak mungkin aku bisa melakukan hal yang sama.

Biarlah, itu masih nanti.

Aku sampai sore di kampus, tepat ketika ashar aku bergegas ke mesjid ketika adzan berkumandang. Tanpa ku harus perhatikan sekelilingku, aku bisa menangkap bahwa setiap mata menatapku, memperhatikan langkahku yang terburu. Maklum saja aku telat menyambut adzan hari ini.

Aku pernah janjikan waktu itu kalau aku tidak ingin telat dalam menyambut adzan di setiap waktu shalatku, tapi kali ini terpaksa aku harus terburu-buru. Rasanya benar-benar berdosa sekali. Ingin rasanya menangis ketika suara itu memanggil sedangkan aku masih dalam perjalanan, bukan menyambutnya penuh doa di Mesjid. Astagfirullah…semoga tidak terulang…..

10 Desember 2011

Masya Allah sudah lewat satu bulan yang lalu aku berhijrah bersama cadarku dan sampai detik ini belum ada restu juga dari kedua orang tuaku. Mereka masih nampak adem dan tenang karena mereka tidak pernah mengetahui aku bercadar di luar sana.

Dua hari yang lalu aku sempat satu angkot dengan salah satu tetangga rumahku, tapi alhamdulillahnya dia tidak mengenali orang di balik cadar ini. Dia sempat memperhatikanku dengan aneh, tapi ku balas dengan senyuman lebarku dari balik cadar. Dia tidak kenal. Aku lega sekali mengetahui aku tidak dikenali oleh tetanggaku tersebut. Maka ku lanjutkan keteguhan ini.

Kata teman-temanku di kampus, semakin hari aku semakin keras saja pemikirannya terhadap islam. Bahkan sampai sahabatku di kampus harus menjaga ucapannya ketika akan berbicara padaku.

Bukan tak merasa tapi aku sangat merasakan perubahan teman dan sahabatku dalam memperlakukanku jika kebetulan sedang bertemu dan kumpul, bahkan teman satu kumpul AMAS (anak Masjid) juga memperlakukanku dengan berbeda. Tak jarang aku mendengarkan bisik-bisik mereka mengenai perubahanku, tapi aku tak perduli. Toh menggunjing yang dosa bukan aku. Aku cukup tersenyum sajalah. Tak baik prasangka dibalas dengan ego, serahkan pada Allah saja.

11 Desember 2011

Hari ke hari aku malah semakin dekat dengan para Ukhti-Ukhti tersebut, mereka para sahabat imanku saat ini. Nampaknya mereka yang lebih mengerti keteguhanku. Mereka yang tidak menganggap aku keras dan radikal.

Kenapa orang yang menegakkan sunnah sungguh-sungguh malah mereka bilang radikal?!

Kami tidak keras, tapi kami tegas. Seperti islam yang tidak pernah mengajarkan kekarasan tapi islam memerintahkan untuk tegas; tegas demi membela syariat dan sunnah; tegas demi kebenaran.

Kami tidak ingin Rasulullah shallallahu allaihi wasallam menganggap kami lembek memerangi kemungkaran.

Insya Allah semua sudah atas kehendak Allah, aku ridho dengan semuanya.

16 Desember 2011

Seseorang datang ke rumah siang ini. Aku sih tidak tahu benar siapa orangnya, tapi dari cerita Ibu yang panjang lebar, rasanya aku tidak pernah mengenalnya. Padahal ibu sudah cerita kalau orang yang datang itu bukan orang jauh, masih bisa dibilang tetangga nggak jauh. Tapi dasar aku yang memang nggak gaul kali ya, aku tetap nggak kenal siapa ikhwan itu, tamu yang datang siang ini.

Kata Ibu lelaki itu bernama Gaffar, Muhammad Al-Gaffary. Dia tetangga nggak jauh dari rumah dan dia datang ingin mengajakku ta’aruf.

Masya Allah….seperti apa ikhwan itu saja aku tidak pernah mengetahuinya, bagaimana bisa ku iyakan.

20 Desember 2011

Rupanya sekarang Bapak yang mengatakan hal yang serupa dengan ibu 4 hari yang lalu. Sama persis. Bedanya, Bapak meminta kepastian dariku. Kata Bapak, jangan sampai anak gadisnya ini menggantung status laki-laki yang berniat serius.

Aku sih tidak pernah menggantung status siapapun, tapi bagaimana dong kalau belum ta’aruf aja aku udah nggak sreg karena aku benar-benar nggak ada bayangan soal dia. Aku nggak suka Cuma denger dari orang, kecuali ikhwan itu benar-benar menitipkan fotonya atau biodatanya langsung. Insya Allah aku akan coba memikirkannya.

21 Desember 2011

Aku ke kampus lagi hari ini. Kampus semakin ramai saja. Tapi kawasan keberadaanku hanya sekitar ruang dosen dan masjid. Tak ada tempat yang layak untuk ku singgahi, semua nampak maksiat yang terlihat. Nyanyi-nyanyi nggak jelas, nongkrong ngeliatin cewek-cewek yang lewat, mojok berduaan dengan yang bukan mahram, aurat terbuka sebebas mungkin dan ikhtilat dimana-mana. Naudzubillah….

Lebih baik aku mengasingkan diri saja di Mesjid. Insya Allah lebih mendatangkan maslahat ketimbang mudharat.

22 Desember 2011

Akhirnya secarik kertas penuh tulisan pun ku terima dari Bapak sore ini dan di sana juga terselip sebuah foto.

Ya, ikhwan ini memang tetanggaku. Rumahnya tidak terlalu jauh dan beberapa kali juga aku sering melihatnya pergi shalat berjama’ah di mesjid. Tapi apa hanya itu yang berhak ku tahu.

Aku harus membaca biodatanya sebaik mungkin. Bismillah……………

23 Desember 2011

Kemarin aku hampir semalaman membaca biodata ikhwan tersebut. Rupanya dia seorang guru di SMA, TK dan PAUD. Sudah selayaknya aku meluncurkan orang lain untuk mencari tahu info nyata tentang lelaki itu.

Apa semua yang dia tulis itu benar?!

26 Desember 2011

Sulit juga ternyata memberikan pengertian tentang pengenalan yang syar’I kepada orang tua dan tetangga yang ikut-ikutan; Apa itu ta’aruf dan bagaimana proses yang paling syar’I?!

Yang mereka contoh adalah ustad gaul yang baru dakwah beberapa tahun saja. Namanya juga ustad komersil yang tampil di TV, apapun jadi berita, maksiat dibilang ilmu syar’I, Zina dibilang ta’aruf dan banyak lagi yang nyeleweng dari paham yang sebenarnya.

Masya Allah….bisa ancur lebur kalau kayak gini ustadnya. Ustad yang seharusnya jadi panutan kok malah ikut-ikutan berzina bertameng ta’aruf.

Udah banyak Stad, sebelum antum contohkan!!!!

Giliran kita yang ingin melakukan ta’aruf yang benar-benar syar’I malah dibilang aneh. Sungguh aneh memang!

Aku tidak ingin ada jalan-jalan bersama, aku tak ingin ada saling berkunjung sebelum halal, aku tak ingin dia mengetahui nomer handphoneku sebelum dia membayar mahar untukku, dan juga aku tidak ingin dia memberikan sebuah hadiah yang selayaknya kelak dia kasih ketika memang sudah halal. Info yang didapatkan pun tidak sembarangan, tidak bisa kita mencari kepribadian bakal calon pendamping dengan seringnya kita mengajaknya jalan-jalan, ngobrol bareng, bertukar pikiran; baik mengenai segala apapun itu, mau ditemani mahrom ataupun tidak tetap saja bersafar bagi muslimah itu harus dengan suami atau Ayahnya atau kakaknya dan adiknya yang telah dewasa, atau dengan seseorang kerabat yang tidak akan menimbulkan fitnah.

Ta’aruf itu bukan pacaran islami! Lain dengan yang ustad komersil itu contohkan. Mana ada surrah dan dalilnya yang mengatakan Allah mengijinkan pacaran dan sejak kapan pula Rasulullah mengajarkan pacaran islami?!

Orang-orang yang merasa dirinya benar tapi sebenarnya kebelinger!!

Gali ilmunya dulu deh kalau bilang sesuatu itu perlu dicontoh orang lain, bisa-bisa dirinya sesat ngajak-ngajak orang lain. (senyum miris)

Aku sebel sama orang yang kayak begitu. Nggak nyontohin yang baik banget sih sama jama’ah. Apa bedanya dengan para aktivis dakwah yang pernah kepergok pacaran islami, astagfirullah……..sekali-kali memang mereka yang layak didakwahkan.

30 Januari 2012

Keidealisanku ternyata berbuah manis dan mendapat dukungan dari ikhwan yang memiliki pola pikir yang sama denganku. Aku juga baru tahu ternyata ikhwan yang kini sudah menjadi suamiku ini juga aktif di kajian yang sama. Aku tidak pernah tahu sebelumnya kalau dia tidak mengajakku ke acara tablig akbar yang diadakan pagi ini. Rupanya dia malah seniorku di kajian ini. Dia malah sudah hampir 7 tahun di sini, sedangkan aku masih sangat junior sekali baginya.

Tapi dia juga sebenarnya tidak pernah tahu kalau aku ini aktif ikut kajian yang sama. Jadi secara tak langsung, memang Allah yang mempertemukan hamba-Nya dengan jodohnya.

Sudah sejak seminggu ini aku dapat melenggang indah dengan cadarku tanpa harus memikirkan ketahuan kedua orang tuaku, karena bagaimanapun kali ini adalah suamiku sendiri yang memintaku bercadar. Makanya orang tuaku tak dapat melarangnya.

Aku senang sekali sekaligus bersyukur pada Allah, karena pada dasarnya memang Allah yang berkehendak atas segala yang terjadi di muka bumi ini.

Alhamdulillah….Allah memang selalu punya rencana di balik semua yang ditakdirkan-Nya.

“Diary Seorang Mujahidah

Penuntut Ilmu Bercadar, Sevty...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun