Terhitung dari tanggal 21 Agustus sampai hari ini 26 Agustus antrean BBM di SPBU-SPBU disejumlah wilayah mulai memprihatinkan, Antrian-Antrian mengular lebih dari 1 km, masyarakat telah mulai resah, mobil-mobil angkutan tidak beroperasi, serta sejumlah kebutuhan-kebutuhan mulai merangkak naik ke berlangsung situasi seperti ini tidak boleh terjadi.
Awal dari kelangkaan BBM ini dimulai ketika pemerintah membatasi penggunaan BBM bersubsidi, dengan kuota awal yang berjumlah 48 Juta KiloLiter menjadi 46 Juta kiloliter. ketakutan pemerintah akan habis nya ketersediaan BBM pada akhir tahun menimbulkan horor bagi masyarakat.
Para kapitalis-kapitalis kecil bermunculan dan menaikan harga eceran BBM seenak udel nya, bahkan lebih mahal dari harga non-subsidi, bisa dibayangkan jika harga non-subsidi berkisar pada 11.000 rupiah dijual oleh para pengecer dengan harga sampai 20.000 rupiah.
Pemangkasan kuota pemakaian premium sebanyak 5 persen dan solar sebanyak 10-15 persen membuat masyarakat ketar-ketir apa lagi untuk daerah kecil dengan  pendapat masyarakat nya tidak sampai 2,5 juta perbulan.
Pemerintah harus mengkaji ulang akan keputusannya membatasi kuota BBM karena bukan dalam implikasi pembatasan BBM subsidi yang dilakukan tetapi membatasi penggunaan kendaraan-kendaraan bermotor, dan seharus nya pemerintah juga mulai melirik peningkatan konsumsi masyarakat terhadap kendaraan bermotor yang langsung berimplementasi dengan peningkatan konsumsi BBM.
Pemerintah seharusnya tidak perlu mengorbankan rakyat menengah ke bawah yang nota bene sebagai akar dari berdirinya negara ini. jika pemerintah ingin menaikkan harga BBM bersubsidi pemerintah harus menjamin pemasokan BBM akan berjalan lancar dan tidak ada kelangkaan BBM lebih dari 3 hari serta alihkan subsidi kepada masyarakat yang benar-benar tidak mampu. Logikannya jika masyarakat yang telah memiliki mobil pribadi maka masyarakat tersebut dapat digolongkan sebagai masyarakat yang mampu dan tidak perlu diberikan subsidi.
Kalau pemerintah tidak bisa mengendalikan situasi seperti ini maka elok lah pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk ikut serta dalam produksi dan pendistribusian BBM karena pembatasan kuota BBM subsidi tidak akan memberikan dampak positif yang signifikan akan tetapi yang terjadi dampak negatif yang signifikan.
Harapan saya agar kelangkaan BBM ini bisa diatasi dengan secepatnya serta pemerintah harus turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
"Energi adalah bagian dari kehidupan manusia abad 20, karena manusia telah diajarkan untuk terus bergantung dengan energi"
Batusangkar, 26 Agustus 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H