Mohon tunggu...
Sevira Herliyan
Sevira Herliyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Currently studying at psychology faculty of University 17 August 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehendak dan Penderitaan: Analisis Konsep Kehendak dalam Filsafat Schopenhauer

12 Januari 2024   18:54 Diperbarui: 12 Januari 2024   18:58 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam sejarah filsafat, Arthur Schopenhauer menonjol sebagai tokoh yang menggambarkan kehidupan manusia sebagai penuh dengan penderitaan yang tak terhindarkan. Pemikiran utamanya tentang "kehendak" memainkan peran sentral dalam memahami akar penyebab penderitaan ini. Artikel ini akan membahas secara mendalam konsep kehendak tak terduga dalam filsafat Schopenhauer dan bagaimana konsep ini memahami penderitaan manusia.

Schopenhauer melihat kehendak sebagai daya pendorong utama di balik semua tindakan manusia. Kehendak, menurutnya, mendorong manusia untuk mencari kepuasan dan bertahan hidup. Konsep ini, meskipun tampak sederhana, menjadi landasan bagi analisis lebih lanjut tentang kehendak tak terduga dan dampaknya terhadap penderitaan. Pemikiran Schopenhauer tentang kehendak tak terduga menyiratkan bahwa banyak tindakan manusia tidak selalu terkendali atau dipahami sepenuhnya oleh akal budi. Kehendak ini muncul dari tingkat bawah sadar dan dapat menjadi sumber konflik internal, ketidakpuasan, dan, akhirnya, penderitaan. Analisis mendalam akan dilakukan pada contoh konkret bagaimana kehendak tak terduga berperan dalam kehidupan sehari-hari. Schopenhauer menggunakan konsep kehendak untuk menantang keyakinan optimisme tradisional yang menganggap kebahagiaan sebagai tujuan utama dalam hidup. Dalam konteks ini, artikel ini akan membahas kritik-kritiknya terhadap pandangan yang optimis tentang kehidupan dan bagaimana pandangannya menghadapi realitas penderitaan yang tak terhindarkan.

Penting untuk memahami bagaimana konsep kehendak dan penderitaan Schopenhauer dapat diterapkan dalam konteks kontemporer. Apakah konsep ini masih relevan dan dapat memberikan wawasan tentang tantangan dan penderitaan yang dihadapi manusia modern? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan mempertimbangkan situasi dan kompleksitas kehidupan masa kini Sebagai penutup, artikel ini akan merangkum temuan utama, menyoroti peran konsep kehendak tak terduga dalam membentuk pandangan Schopenhauer terhadap penderitaan, dan menawarkan kesimpulan mengenai relevansinya dalam konteks filsafat dan kehidupan manusia. Dengan melihat lebih dekat konsep ini, kita dapat mendapatkan wawasan yang mendalam tentang pandangan Schopenhauer terhadap manusia dan kondisi kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun