Mohon tunggu...
Sevira anggun kinanti
Sevira anggun kinanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang

jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kejenuhan Belajar Online Masa Pandemi Covid-19

28 Juni 2021   09:45 Diperbarui: 28 Juni 2021   09:59 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembelajaran daring adalah keliru satu kebijakan pemerintah yg tertuang pada Surat Edaran Kemdikbud Nomor 4 tahun 2020 mengenai aplikasi kebijakan pendidikan pada masa darurat covid-19. Kebijakan tadi menjadi upaya menjaga proses pendidikan nir terhenti meskipun pada suasana pandemic. Aturan tadi jua memberi keleluasaan bagi sekolah buat melaksanakan proses pembelajaran, misalnya sekolah bisa menerapkan kurikulum adaptif selama pandemic, nir adanya sasaran kurikulum, dan penyesuaian penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah buat mendukung terlaksananya kegiatan belajar mengajar. Kemdikbud jua bekerja sama menggunakan layanan operator telekomunikasi meluncurkan donasi belajar kuota perdeo bagi pengajar & anak didik yg bisa dipakai ketika pembelajaran online. Sejak pandemi menerjang, telah lebih menurut setahun sistem belajar menurut tempat tinggal   dilaksanakan. Disadari atau nir, lamanya durasi saat yg dipakai buat sekolah daring menjadikan dalam psikologis siswa. Salah satu imbas psikologis yg dialami anak didik merupakan keluarnya learning burnout atau kejenuhan belajar. Faktanya, diberbagai kanal media umum aktualisasi diri kebosanan & keresahan anak didik terkait sekolah daring poly bertebaran. Hal tadi jua dikuatkan sang kuesioner Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak yg menyatakan bahwa, sebesar 58% anak-anak merasa belajar menurut tempat tinggal   nir menyenangkan (kemenpppa.go.id). Kejenuhan belajar adalah syarat emosional yg dialami siswa saat merasa lelah, & jenuh secara mental ataupun fisik menjadi dampak tuntutan pekerjaan atau beban belajar yg meningkat. Timbulnya kelelahan ini lantaran perasaan bersalah, nir berdaya, nir terdapat harapan, kesedihan yg mendalam yg secara monoton membentuk perasaan nir nyaman yg dalam gilirannya menaikkan rasa kesal, kelelahan fisik, kelelahan mental & emosional. Pada masalah-masalah tertentu, kejenuhan belajar bisa mengakibatkan tertekan berat & berpotensi memicu depresi & bisnis bunuh diri. 

Penyebab

Kejenuhan belajar (learning burnout) merupakan salah satu masalah belajar yang sering dialami peserta didik. Para ahli menyebutkan beragam faktor penyebab kejenuhan belajar pada siswa. Menurut Jacob et al (2003) dalam artikelnya Student Burnout as a Function Personality, Social Support, and Work Load, secara garis besar ada 3 faktor penyebab kejenuhan belajar yaitu karakteristik pribadi, dukungan sosial dan beban akademis.

Menurut Jacob, faktor pertama yang menyebabkan siswa mengalami kejenuhan belajar adalah karakteristik pribadi. Pengertian karakteristik disini yaitu suatu sifat, kebiasaan atau karakter yang melekat pada pribadi individu. Faktor karakteristik diri ini sangat luas sekali wilayahnya dalam menentukan kejenuhan belajar. Individu yang memiliki konsep diri rendah, terlalu perfeksionis dan idealis, tidak mampu mengendalikan emosi serta kurang terampil dalam mengelola stress akan rentan mengalami kejenuhan belajar.

Pembelajaran daring dimana sebagian besar aktivitas belajar berada di ruang-ruang digital memiliki ragam keterbatasan. Setiap hari peserta didik harus terserap layar ponsel demi mengikuti proses belajar melalui berbagai aplikasi yang disediakan sekolah. Kelas daring yang minim interaksi, dengan tidak semua guru terampil mendayagunakan teknologi sebagai media belajar kreatif sudah cukup membuat peserta didik jenuh. Bagi siswa perfeksionis dan idealis, akan sangat kecewa, merasa terbebani dan stress bila materi yang disampaikan guru tidak mampu dipahami sehingga membuat tugas akademiknya bertambah-tambah.

Selain unsur karakteristik pribadi, kejenuhan belajar dapat terjadi karena faktor dukungan sosial. Dalam konteks ini, dukungan sosial berkaitan dengan lingkungan belajar maupun hubungan guru, siswa dan orang tua. Selama sekolah daring, tidak semua anak berada dalam posisi aman dengan lingkungan yang mendukung proses belajarnya. Kondisi keluarga yang penuh konflik dan gaduh, suasana rumah yang berantakan sangat berefek pada psikologis anak dimana mereka sulit berkonsentrasi sehingga berpotensi mengalami kejenuhan belajar.

Di sisi lain, tidak adanya interaksi langsung dengan guru dan teman saat pembelajaran daring juga menjadi pemicu munculnya kejenuhan siswa. Pada kondisi normal, kegiatan diskusi bersama kelompok belajar atau sekedar saling sharing sesama teman menjadi hal rutin. Bagaimanapun itu merupakan suatu bentuk refreshing dan dukungan belajar yang dapat mengurangi kejenuhan. Namun, semua itu hilang ketika sekolah dijalankan dengan moda daring. Demikian juga, bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, berkomunikasi dan melakukan bimbingan secara daring bukanlah suatu hal yang menyenangkan.

Belajar dari rumah merupakan sebuah konsep belajar yang dapat membentuk kemandirian peserta didik. Siswa mengelola sendiri waktunya dan bebas menentukan kapan harus belajar sesuai batasan-batasan yang diizinkan guru. Namun, permasalahannya sebagian besar siswa tidak memiliki management waktu yang baik, sehingga belajar yang tidak terjadwal memungkinkan bertambahanya beban tugas yang harus diselesaikan. Selain itu, bagi siswa yang berdomisili di daerah terkendala jaringan, menunggu sinyal bagus dapat membuat tugas-tugas belajarnya menumpuk. Pada akhirnya, beban akademis yang berlebihan berpeluang memicu rasa stress dan kejenuhan siswa dalam belajar.

Dampaknya

Tidak dapat dipungkiri, pembelajaran daring selama pandemi telah menempatkan peserta didik pada titik jenuh. Fenomena tersebut terlihat dari menurunnya motivasi dan minat siswa dalam menyelesaikan setiap tugas-tugas akademiknya. Meskipun guru sudah berusaha merancang pembelajaran sedemikian sederhana, dan mengupayakan dengan berbagai media agar lebih interaktif, namun semangat belajar siswa tidak kunjung meningkat. Bentuk resistensi lain dari kejenuhan belajar juga mengakibatkan proses pembelajaran tidak berjalan efektif sebagaimana diharapkan.

Dampak lain dari rasa jenuh pembelajaran daring terlihat dari banyaknya peserta didik terlibat dalam hal-hal yang tidak bermanfaat. Mereka melampiaskan kejenuhan dengan bermain game online, media sosial atau mengakses konten-konten yang sangat tidak mendidik dan mencerdaskan. Tentu bukan harapan kita jika kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi bagian dari kebiasaan baru dari kehidupan mereka yang akan bermuara pada persoalan moralitas dan krisis karakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun