Mohon tunggu...
Sevilla Maharani
Sevilla Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa pariwisata yang suka membahas mengenai kepariwisataan terutama yang terjadi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sejarah yang Hidup: Mengungkap Pesona Ullen Sentalu dan Tur Vorstenlanden

10 Oktober 2024   18:27 Diperbarui: 10 Oktober 2024   18:49 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir dari perjalanan kami membawa kami ke sebuah rumah berwarna abu-abu, yang disebut Esther Huis. Rumah ini didesain dengan gaya Indische klasik, disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia. Nuansa kolonial terasa kental dalam bangunan ini, namun dipadukan dengan sentuhan budaya lokal yang menciptakan harmoni yang unik. Di sini, koleksi batik dan pakaian yang mencerminkan akulturasi tiga budaya--Jawa, Belanda, dan Tionghoa--dipamerkan dengan elegan. Setiap helai kain dan desain pakaian menunjukkan betapa kayanya interaksi antara tradisi dan budaya dalam sejarah Indonesia.

Selain koleksi pakaian, ada juga furnitur-furnitur yang diambil langsung dari rumah keluarga Haryono, pemrakarsa museum ini. Furnitur-furnitur tersebut bukan hanya benda mati, tetapi juga saksi bisu perjalanan panjang keluarga ini dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya. Mima menyampaikan fakta-fakta menarik tentang asal-usul pakaian yang dipajang, bagaimana setiap detail menunjukkan pengaruh dari ketiga budaya tersebut, dan bagaimana pakaian ini mencerminkan perubahan zaman serta dinamika sosial.

Tur pun diakhiri dengan cara yang sangat menyenangkan--istirahat sejenak di pelataran tak jauh dari Esther Huis. Kami disuguhi teh dan kukis yang sangat nikmat, sebuah perpaduan sederhana namun menyegarkan. Sembari menyantap suguhan tersebut, kami menikmati suasana tenang Ullen Sentalu yang terasa damai dan menenangkan, seolah-olah waktu melambat, memberi ruang untuk merenungkan semua yang telah kami pelajari selama tur ini.

Dokumentasi Pribadi. Teh dan Kukis yang disuguhkan pada akhir Tur Vorstenlanden
Dokumentasi Pribadi. Teh dan Kukis yang disuguhkan pada akhir Tur Vorstenlanden

Setelah menikmati istirahat, Mima pamit untuk mengakhiri perjalanan kami. Kali ini, kami diperkenankan untuk mengambil foto di area ini, momen yang telah kami tunggu. Kami diberi waktu 15 menit untuk berkeliling dan mengabadikan pengalaman kami. Bahkan di penghujung perjalanan ini, sensasi sejarah yang kental masih terasa--seperti sebuah kenangan yang enggan beranjak.

Dokumentasi Pribadi. Arstitektur di pintu keluar
Dokumentasi Pribadi. Arstitektur di pintu keluar
Saat kami dibimbing menuju jalan keluar, aku tersenyum puas. Perjalanan ini bukan sekadar tur biasa, melainkan sebuah pengalaman yang sarat makna, membuka mataku pada kekayaan sejarah dan budaya yang sering terlewatkan. Aku merasa bahwa tur Vorstenlanden bukan sekadar melihat sejarah, melainkan ikut merasakan denyut nadi dari kehidupan para bangsawan yang pernah memimpin tanah Jawa. Setiap ruangan, setiap artefak, dan setiap cerita yang disampaikan membawa kami pada petualangan melintasi waktu, menelusuri sejarah yang kaya akan kebesaran budaya Jawa. Kemegahan tur ini bukan hanya terletak pada koleksi yang dipamerkan, tetapi juga pada bagaimana setiap detail disusun dengan penuh perhatian dan cinta terhadap warisan leluhur. Penjelasan edukator yang penuh semangat serta suasana museum yang begitu memikat, membuat sejarah yang dulunya terasa jauh menjadi begitu dekat dan hidup. Tur ini tak hanya membuka mata, tetapi juga hati--mengingatkan kita bahwa di balik setiap cerita masa lalu, ada kebanggaan dan warisan yang terus berlanjut hingga kini. Sebuah perjalanan yang sarat makna, penuh pelajaran, dan meninggalkan kesan mendalam tentang betapa berharganya budaya yang kita miliki.

Inilah kisah ku dengan Museum Ullen Sentalu. Akhirnya aku paham apa yang dibicarakan oleh orang-orang, dan aku pun setuju dengan mereka. Tempat ini sangat kurekomendasikan untuk dikunjungi. Aku pulang dengan hati yang masih tertinggal di museum itu. Tapi, setiap perjalanan tentu memiliki akhir dan membuka jalan baru untuk petualangan lainnya. Jadi, ke mana lagi nanti kita harus pergi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun