Pernahkah kamu merasa sangat beruntung saat melihat selebriti di perjalanan? Atau, ketika kamu menemukan catatan milikmu di dalam tas saat sebelumnya lupa belajar untuk ujian? Kita pasti sering merasa beruntung saat bertemu kebetulan yang menyenangkan. Namun, sebenarnya, bagaimana keberuntungan itu bekerja?
Kebetulan yang tak terduga bisa saja terjadi ribuan kali dalam sehari. Kadang, kita menyadarinya. Tapi, sering pula kita mengabaikannya. Bisa saja, kita bertemu dengan kebetulan luar biasa, tapi lebih memilih untuk abai akan peluang yang ada. Pemikiran kreatif dibutuhkan untuk menyadari kebetulan. Sebab, kreativitas membuatmu berpikir lebih luas dan bisa membayangkan berbagai kemungkinan.
Manusia selalu dihadapkan dengan beragam ketidakpastian. Menariknya, kita bisa memanfaatkan ketidakpastian itu jika memiliki pola pikir Serendipity. Kata yang diciptakan oleh Horace Walpole ini mengacu pada kecelakaan dan kebijaksanaan. Kamu mungkin memahami serendipity sebagai keberuntungan. Namun, rupanya lebih dari itu.
Serendipity dan Kreativitas?
Melansir The Manila Times, serendipity adalah proses atau bakat untuk menemukan hal baru yang kita inginkan, hanya dari sebuah kebetulan. Sehingga, serendipity sering kali dipahami sebagai kebetulan yang menyenangkan. Nyatanya, "menyenangkan" yang dimaksud berasal dari pemikiran dan upaya kita sendiri.
Contoh kecilnya bisa kita ambil dari kisah Viagra, obat yang dikembangkan Pfizer untuk disfungsi ereksi dan hipertensi paru-paru. Berapa orang yang tahu bahwa Viagra, dulunya, hanya dikembangkan untuk meredakan tekanan darah tinggi? Sayangnya, obat itu ternyata tak efektif. Namun, peneliti memerhatikan efek lain: Viagra dapat menyebabkan ereksi. Dari pengamatan yang tak pernah direncanakan sebelumnya itulah, lahir fungsi Viagra seperti yang kita tahu.
Jika saja peneliti tak memerhatikan efek lain, mungkin Viagra tak pernah menjadi obat disfungsi ereksi. Dalam hal inilah, pemikiran kreatif diperlukan. Kita perlu memerhatikan berbagai peluang yang mungkin terjadi saat melakukan sesuatu. Dengan begitu, akan lebih mudah menemukan hal baru yang bisa dimanfaatkan.
Pada dasarnya, kreativitas dan pola pikir serendipity tak bisa dipisahkan dalam menemukan dan menyikapi kebetulan sebagai keberuntungan. Kreativitas membuka pemikiran, sedangkan serendipity menemukan peluang dalam sebuah kebetulan.
Perlu Keberanian
Lalu, apakah kita akan selalu bisa memanfaatkan keberuntungan yang datang? Rupanya, tak semua orang bisa melakukannya. Christian Busch dalam bukunya, The Serendipity Mindset, beranggapan bahwa manusia memerlukan keberanian untuk menyikapi sebuah kebetulan.
Seperti yang kita tahu, kebetulan tak pernah terduga. Sebab itulah, kita harus melakukan hal di luar rencana jika ingin bertindak lebih lanjut atas suatu kebetulan dan menjadikannya keberuntungan. Meski tak disadari, kita sering kali bertindak untuk mewujudkan serendipity. Kreativitas mungkin menciptakan ide-ide brilian dalam pikiran kita. Namun, jika tidak melakukan apa pun, kreativitas dan serendipity hanya akan selamanya menjadi imajinasi. Seperti itulah, keberuntungan terlewat begitu saja.