Mohon tunggu...
sevidiana wahidiah
sevidiana wahidiah Mohon Tunggu... -

a happy mom

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pertaruhan di Akhir Masa Jabatan

13 Mei 2010   23:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengikuti berita hangatnya pilkada di kota Surabaya yang masih kisruh dengan DPT sementara, sang incumbent walikota Bambang DH yang kali ini akan mencalonkan lagi sebagai cawawali yang berpasangan dengan bu Risma (mantan kepala Bappeko pemkot Surabaya), tetap berkeras untuk merelokasi PKL di beberapa ruas jalan di Surabaya. Yang menarik buat saya adalah proses relokasi PKL di jalan keputran.

Untuk sekedar diketahui, para PKL yang meluber di sepanjang jalan Keputran sudah bercokol di situ selama puluhan tahun. Setiap tahun jumlah pedagang makin banyak dan terus meluber sampai jalan Sonokembang, Irian Barat dan sekitarnya. Tak heran jika kepungan para PKL itu, sudah berhasil mematikan usaha para pemilik toko di sepanjang jalan itu,  markas pos polisipun berubah fungsi menjadi gudang sayur, dan hotel Brantas yang legendarispun tak sanggup meredam serbuan para PKL dan akhirnya hidup segan mati tak hendak.

Entah sudah berapa puluh kali aparat berusaha menertibkan mereka, tapi ibarat pepatah mereka patah tumbuh hilang berganti...alias bandel dan mokong. Tak pelak lagi,  banyak warga yang gusar dengan keberadaan mereka yang mengganggu lalu lintas karena menutup jalan,  namun di sisi lain keberadaan mereka juga kerap dicari oleh warga. Akhirnya tak jelas lagi batas antara kegusaran dan kebutuhan, layaknya judul lagu Benci tapi Rindu.

Maka ketika pemerintah daerah mendirikan pasar induk di daerah Oso Wilangun (PIOS), dan keputusan  sudah diketok.....mereka harus pindah!!  Pendekatan secara persuasif melalui mediasi dengan pihak-pihak terkait terus dilakukan. Termasuk juga dengan para ‘pengelola' PKL yang sudah menangguk untung dari setoran para pedagang. Tentu saja pembicaraan berjalan alot (paling tidak itu yang saya baca di media), tapi sang walikota tetap bergeming.

Sungguh saya angkat topi dengan sikap tegas walikota kali ini. Ditengah panasnya suhu politik menjelang pilkada, keputusan untuk merelokasi PKL yang notabene wong cilik (seperti jargon yang diusung parpol sang walikota) merupakan pertaruhan besar buatnya. Jikalau proses relokasi tsb berlangsung ricuh dan penuh amuk, tentu akan menjatuhkan posisi beliau saat pilkada nanti. Tetapi jika berhasil, dukungan warga kota Surabaya dijamin akan meningkat.

Agak miris juga ketika deadline yang ditetapkan aparat sudah jatuh tempo, pembicaraan masih cukup alot dan dari foto-foto di harian Jawa Timur tampak para pedagang sudah siap melawan petugas dengan bambu runcing, bom molotov, batu-batu......duuh sungguh ngeri melihatnya, padahal bayangan amuk massa di Priok masih lekat dalam ingatan. Tapi alhamdulillah, ketika hari H, ternyata para pedagang dengan sukarela membongkar lapak-lapak mereka, dan dari dinas terkaitpun menyediakan truk-truk untuk membawa dagangan mereka ke tempat yang baru di PIOS.

Selamat buat pak Bambang kali ini, meskipun aku pernah menilaimu kemaruk kekuasaan dan demi kekuasaan rela untuk menjadi ‘hanya' calon wakil walikota meskipun harus berpasangan dengan mantan bawahanmu sendiri. Semoga penertiban ini memberi manfaat buat warga kota Surabaya . Selamat bertarung di pilkada.

*Maaf, saya tidak akan memilih anda pak Bambang, karena saya bukan warga Surabaya*

Tulisan ini dibuat karena apresiasi saya buat pemkot Surabaya dan tidak ada unsur politis sama sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun