Rampung menyelesaikan dunia perkuliahan, saya kembali terjun ke masyarakat. Salah satu tantangan baru bagi saya adalah mengevaluasi sistem kerja dalam organisasi kepemudaan yang baru saya masuki.
Setelah kembali ke tempat asal saya di awal-awal rampungnya saya dari dunia perkuliahan, saya bergabung bersama suatu organisasi kepemudaan di kampung saya. Saya pun diberi kepercayaan untuk memegang posisi penting dalam organisasi tersebut. Anda bisa menebak posisi yang saya pegang itu.
Sedikit cerita, selama di dunia perkuliahan saya tergabung dalam beberapa organiasi, komunitas, serta kepanitiaan acara besar di kampus. Tentu banyak bekal yang saya bawa dari pengalaman-pengalaman dinamika berorganisasi dan berkepanitiaan selama di dunia perkuliahan tersebut.
Saya cukup terkejut dengan sistem yang ada di organisasi kepemudaan yang ada ini. Sejumlah gaya kerja yang jauh dari gaya yang saya tekuni di dunia perkuliahan. Namun, saya cukup maklum, karena memang beda tempat tentu beda dinamika dan gaya gerkanya.
Saya pun tertantang untuk memperbaiki sistem dalam organisasi tersebut yang menurut saya pribadi tidak efektif. Tentu tidak serta merta saya melakukan revolusi di dalamnya. Saya harus beradaptasi dulu dengan sistem tersebut, mengenali, lalu mengevaluasinya. Setelah itu baru saya bisa menentukan langkah apa yang harus saya ambil untuk membuat sistem tersebut menjadi lebih baik.
Kecenderungan yang sering dijumpai di banyak organiasi sosial kepemudaan adalah adanya kelompok dalam kelompok. Orang-orang yang sudah lebih lama berada di organiasi tersebut cenderung bersosialisasi dengan sesama mereka yang sudah lama juga.Â
Hal ini membuat gap bagi mereka yang masih baru di dalam organisasi tersebut, yang masih belum mengenal mereka yang sudah lebih lama. Dengan demikian ageisme tentu bisa terlihat.
Adanya kelompok dalam kelompok seperti ini akan berdampak pada regenerasi. Misalnya saja dalam kepanitian acara yang diadakan oleh organisasi tersebut, orang-orang yang masih baru sangat jarang untuk ditarik bergabung dalam kepanitian.Â
Bila seperti ini, bagaimana mereka yang masih baru akan belajar bagaimana dinamika penyelenggaraan kepanitiaan dan wujud aktivitas organisasi yang lainnya.Â
Karena setelah orang-orang lama ini keluar dari organisasi tersebut, mereka, orang-orang baru yang masih ada di situ akan kebingungan melanjutkan kehidupan organisasi tersebut. Maka tantangan saya dalam hal ini adalah menarik mereka yang masih baru bergabung bersama saya.