Mohon tunggu...
SeverinoLH
SeverinoLH Mohon Tunggu... Freelancer - Active Talker

Digital Media Strategy

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Bubur Pedas, Kuliner Khas yang Tak Boleh Absen

16 Mei 2021   07:44 Diperbarui: 16 Mei 2021   07:52 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap daerah memiliki kuliner khasnya masing-masing. Kudus dengan aneka soto. Klaten dengan sop ayam. Sumatera Barat dengan rendang. Sumatera Selatan dengan pempek.

Di Kalimantan Barat juga ada kuliner khas yang sering muncul di berbagai kesempatan acara. Kuliner tersebut adalah bubur pedas. Meski namanya "bubur pedas", bukan berarti kuliner ini berbahan dasar cabai.

Bubur pedas menjadi kuliner khas di Kalimantan Barat. Entah itu di hari raya ataupun hari biasa, kuliner satu ini masih sering dijumpai. Saat sedang ada perayaan, saya sering menjumpai kuliner ini. Entah itu saat Idul Fitri, Natal, Paskah, atau saat pesta raya panen padi suku Dayak, kuliner ini akan mudah untuk dijumpai.

Meski namanya "bubur", bahan-bahannya tidaklah sederhana seperti bubur pada umumnya. Banyak sekali bahan yang diperlukan untuk membuat bubur pedas. Bahan tersebut mulai dari beras yang telah disangrai lalu dihancur kasar, pakis merah, kelapa parut yang telah disangrai, bumbu halus dasar, cangkok muda, kacang tanah yang dihancur kasar, dan berbagai variasi tambahan lainnya. Kuliner ini juga didampingi dengan jeruk nipis (orang KalBar umumnya memakai jenis jeruk sambal), sambal cabai, serta kecap manis.

Proses mengolah kuliner ini dari bahan-bahannya hingga siap saji memakan waktu yang cukup lama. Pada proses ini kesabaran saya diuji. Waktu yang lama untuk memasaknya, saya harus sabar menikmati aroma yang sudah naik menyentuh indera penciuman saya.

Kegemaran saya terhadap kuliner ini membuat sanak keluarga saya yang merayakan Idul Fitri akan berkata "bubur pedas ada banyak. Ambil sepuasnya, cuci piring sendiri ya" kepada saya. Maklum, bubur pedas tersebut memang saya yang paling sering nambah dibanding sepupu saya yang lain. Mereka yang biasanya 1 sampai 2 piring saja, kalau saya satu piring saja, tapi nanti akan ambil lagi, hampir setiap 30 menit saya nambah lagi. Dari pagi saya sengaja mengosongkan perut untuk memberikan kesempatan perut saya bersilaturahmi dengan bubur pedas.

Saat bagi-bagi THR juga saya tidak akan dicari oleh tante ataupun paman saya. Saat sepupu dan adik saya ada dalam antrian untuk menerima THR, saya sendiri yang tidak ada di dalam antrian. Mereka sudah tahu ketika saya datang pasti saya langsung ke dapur setelah bersalaman.

Begitulah cerita saya tentang kuliner khas di Kalimantan Barat yang ada di berbagai kesempatan. Meski bukan kuliner utama untuk perayaan, mereka pasti tetap membuat bubur pedas karena tahu saya sangat menggemarinya. Sebenarnya ada kuliner lain yang menjadi kuliner utama seperti gulai ayam, opor, sop, tapi saya lebih mengincar bubur pedas daripada kuliner lainnya di meja makan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun