Menilik pada kasus tuduhan melakukan pesugihan babi ngepet yang viral beberapa waktu yang lalu, saya semakin mantap dengan perencanaan saya. Lingkungan tetangga yang tidak berpikir terbuka tidak akan saya tinggali.
Sekilas baca, perencanaan saya terkesan membuat saya arogan dan antisosial. Tapi bukan itu yang sebenarnya. Dari postingan sebelumnya, saya sudah bercerita salah satu pengalaman mengerikannya omongan yang ditambah-tambahi.
Dalam diri saya terbangun pertahanan baru. Terdapat alarm dalam diri saya untuk menjauhi orang-orang yang berpikiran tertutup dan sembarangan bertindak. Hal itu membuat saya berencana untuk tinggal di lingkungan masyarakat urban. Bukan menghindari kehidupan sosial, saya hanya mau membatasi peluang saya merasa sakit hati seperti yang dulu pernah terjadi.
Tidak ada jaminan memang bahwa di lingkungan urban saya tidak mengalami singungan kembali dengan faktor x-nya adalah "omongan tetangga". Setidaknya peluang itu lebih kecil.
Mengorelasikannya juga dengan pekerjaan saya yang dapat saya kerjakan secara online dan di rumah saja, akan berbahaya bila bertetangga dengan orang-orang yang tertinggal dengan tren pekerjaan dan betapa ragamnya metode bekerja di era disrupsi ini. Bisa-bisa nanti saya dituduh ternak tuyul dan babi ngepet, padahal saya jualan produk grafis, konsultasi strategi pemasaran digital, copywriting, editing, dan lain-lain yang notabene dari kamar saja bisa dikerjakan.
Bila lingkungan tetangga saya adalah masyarakat urban yang berpikiran terbuka dan tidak tertinggal dari fenomena disrupsi industri, apa yang saya kerjakan akan dipahami mereka. Tidak perlu berprasangka buruk seperti kasus babi ngepet.
Menceritakan hal ini, saya bukan mau mengajak pembaca agar ikut cara saya. Kembali pada preferensi setiap orang. Ada yang cocok tinggal di lingkungan tetangga yang interaksi sosialnya kolektif. Namun, saya yang sudah tidak cocok dengan lingkungan kolektif, saya memilih untuk hidup di lingkungan masyarakat yang liberal. Tinggal pilih sesuai mana yang cocok saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H