Mohon tunggu...
SeverinoLH
SeverinoLH Mohon Tunggu... Freelancer - Active Talker

Digital Media Strategy

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Membuang Makanan, Surplus Jadi Alasan

6 Desember 2020   18:20 Diperbarui: 6 Desember 2020   18:38 5521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.unsplash.com/Joshua Hoehne

Kebiasaan membuang makanan ataupun menyisakan banyak makanan di masyarakat kita bukanlah hal yang patut untuk diabaikan. Kebiasaan ini bagi sebagian besar orang adalah perkara kecil, sehingga tidak perlu untuk dipusingkan. Namun, kebiasaan yang sering disepelekan ini memberi cerminan betapa pelakunya tidak menghargai makanan dan orang-orang di luar sana yang untuk makan sekali dalam sehari saja sudah anugerah. 

Lantas, dari mana kebiasaan seperti ini bisa terbentuk? Bila kembali mengingat salah satu topik dalam ilmu sosiologi, kita akan menemukan jawabannya adalah 'keluarga'. Ya, keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak mempelajari tentang kehidupan. Sebagai lingkungan pertama dan yang paling kuat dalam memberi pengaruh serta membentuk kepribadian anak. 

Keluarga punya andil besar dalam membentuk kebiasaan dan kepribadian. Anak belajar untuk memanajemen jumlah makanan dalam satu porsinya diajarkan oleh keluarga. 

Bila orang tua terbiasa membuang-buang makanan ataupun menyisakannya, anak pun akan menilai hal tersebut sebagai sebagaimana mestinya, karena anak sedang dalam proses mempelajari dunia dalam lingkungan primer tersebut. 

Kebanyakan orang membuang makanan beralasankan karena kelebihan dalam mengambil. Tentu saja hal ini menjadi alasan yang sering kita dengar. Pertanyaannya, tidak bisakah kita merasakan kapasitas perut kita sendiri? Akan menjadi wajar bila porsi tersebut diambilkan oleh orang lain, karena orang lain tidak tahu seberapa besar konsumsi kita dalam satu porsi. 

Ada pula membuang makanan ataupun bahan makanan dikarenakan jatuh kadaluwarsa. Hal seperti ini biasanya dilatarbelakangi oleh kebiasaan membeli makanan atau bahan makanan tanpa manajemen. Asal membeli saja, tanpa mempertimbangkan apakah akan dipakai atau tidak nantinya. 

Masyarakat kita harus lebih memperhatikan problema membuang atau menyisakan makanan ini. Disamping ini merupakan cerminan pribadi yang tidak baik, limbahnya juga cukup memberi dampak pada lingkungan. Terlebih masyarakat kita belum terbiasa dalam pengelolaan sampah. Pertumbuhan bakteri akan sangat mungkin terjadi yang kemudian dapat menimbulkan masalah sanitasi dan kesehatan lingkungan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun