Aku selalu tak pernah untuk tak memikirkan dokter muda itu. Setiap kali merapat di dekat persimpangan Masjid Al-Ma'ruf (orang sini menyebutnya simpang 4 lembus, karena tepat di depan masjid ada pusat perbelanjaan terkemuka di Samarinda). Sebut saja tempat itu Mall Lembuswana. Dan sebut saja dokter muda itu Oktariza Rizki dan aku Rizka.Â
Omong-omong bila disandingkan dalam sebuah kartu undangan Rizka-Rizki terdengar sangat pas, cocok, manis dan romantis kan?!Â
Oke, tampaknya aku terlalu banyak mengkhayal yang bukan-bukan. Tapi bukannya cerita palsu kalau kami dulu suka makan soto koya Pak Eko yang tidak jauh dari masjid Al-Ma'ruf dan warung soto sederhana itu. Warung soto sederhana yang menyewa di halaman depan rumah orang, tapi sotonya benar-benar selera restoran. Kami bukan hanya berteman di dunia maya padahal pernah satu SMP. Tapi kami tak saling kenal. Aku tahu baru-baru setelah kenal dan setelah membaca bio-nya di akun blog. Cinta di antara kami tumbuh dalam media sosial semacam itu. Berawal dari balasan-balasan komen kemudian berlanjut ke jenjang yang lebih serius yaitu PACARAN!
Berlatar belakang dari dunia yang berbeda. Tapi sama-sama tertarik dengan dunia tulis-menulis.
Siapa sih yang nggak bangga punya pasangan seorang dokter muda? Â Suka menulis pula!Â
Ketika libur semester tiba, dia yang selama mengenyam pendidikan di Banjarmasin, bertandang ke Samarinda-kampung halamannya. Tapi pertemuan hanya impian saja karena kami sudah putus sebelum sempat bertemu.
*****
Di warung Soto Pak Koya depan masjid Al-Ma'ruf inilah kami menyapa kali pertama, setelah bertahun-tahun menghilang dari peredaraan. Seperti biasa, pertanyaan basa-basi dilontarkan. Tapi rasa tak lagi sama hanya meninggalkan seberkas kenangan.
Rasa yang menggebu-gebu selama tiga bulan itu lenyap meninggalkan jejak.
Bayang-bayang Rizki kini masih bersemayam di Warung Soto itu. Setiap kali melewati jalanan itu, aku mengenang seberapa seringnya kita mengobrol dan melewati hari-hari koasnya dengan menyedihkan sekaligus menyenangkan. Dan orang pintar itu, kini telah menjadi dokter profesional di Lampung. Aku hanya bisa jadi stalker tanpa bisa menyapa karena suatu alasan. Alasan yang kini masih ku pendam bertahun-tahun.Â
Bertahun-tahun kemudian saat Al-Ma'ruf direnovasi bak masjid-masjid di Turki, aku masih mengingat Rizki.