Rara sedang bergegas menuruni tangga untuk bersantap pagi. Sedangkan sang ibu sudah tiba beberapa saat sebelumnya.
"Kamu ngga telat kak?"
"Kok tahu ini aku?"
"Getaran tangganya beda"
Mendengar jawaban tersebut, Rara langsung terdiam dan menunjukkan raut masam.
 Begitulah cuplikan salah satu adegan dalam film Imperfect karya sineas berbakat Indonesia, Ernest Prakasa. Adapun film ini diangkat dari novel best seller karya Meira Anastasia, sang istri tercinta yang juga didapuk sebagai penulis skenario. Sebagai ciri khas, Ernest kerap menyentil realita yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia melalui karya-karyanya. Dalam film ini, yang mendapat giliran untuk disentil adalah "standar kecantikan wanita" berikut "kesempurnaan" yang menyertainya.
"Imperfect" secara harfiah memang bermakna "ketidaksempurnaan". Lalu benar saja, selama 113 menit, penonton disuguhi oleh parade perbandingan antara "sempurna" dan "tidak sempurna" yang melekat pada kecantikan wanita. Poin-poin yang selama ini dianut dalam kehidupan sosial masyarakat dikemas dengan cerdas oleh Ernest. Penonton pun tidak perlu mengerutkan dahi, karena pesan yang terkandung dalam film disajikan dengan gamblang dan mudah dicerna.
Premis cerita yang diangkat dalam film ini sebenarnya cukup sederhana. Yakni bagaimana seorang wanita bernama Rara berusaha keras untuk memenuhi "standar kecantikan" agar memperoleh jabatan yang diidamkannya. Memang miris rasanya, karena Rara digambarkan sebagai sosok yang cakap dengan kualitas kinerja yang mumpuni. Namun bagi pimpinannya, kemampuan saja tidak cukup. Rara masih diharuskan untuk memperbaiki penampilan fisiknya sebagai syarat untuk bisa menempati jabatan tersebut. Nah, sangat menggambarkan realita bukan? Apakah kamu pernah berada dalam posisi yang sama seperti Rara?
Itulah pertanyaan yang bergelayut di benak penulis ketika menyaksikan film ini. Dan jawaban penulis adalah, "Ya ampun..... ini gue banget!". Yah..... bagaimana tidak? Rasanya kok benar-benar menohok gitu loh. Secara refleks, penulis terkenang dengan berbagai momen tidak mengenakkan yang mirip dengan beberapa adegan dalam Imperfect.