Dalam organisasi, kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting. Berhasil atau tidaknya tujuan dari suatu organisasi tergantung dari bagaimana pemimpinnya mempunyai kemampuan untuk memimpin sesuai dengan situasi. Kepemimpinan situasional merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi pemimpin. Situasi yang berbeda dapat memerlukan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula. Menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi menjadi hal yang penting terutama saat pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan dari organisasi.
Kepemimpinan Situasional merupakan salah satu model karakterisasi kepemimpinan paling terkenal (Tortorella & Fogliatto, 2017). Kepemimpinan situasional pertama kali dikembangkan pada tahun 1979 oleh peneliti Paul Hersey dan Ken Blanchard, dan kemudian telah dimodifikasi dan diperluas dari waktu ke waktu (Wright, 2017).
Menurut Hersey dan Blanchard (Anthony & Remiasa, 2019) ada empat gaya kepemimpinan situasional, yaitu:Â
- Telling merupakan gaya kepemimpinan yang merefleksikan gaya kepemimpinan mengarahkan, gaya ini sarat dengan perilaku orientasi tugas dan minim perilaku berorientasikan hubungan manusia.
- Selling merupakan gaya kepemimpinan yang merefleksikan gaya kepemimpinan otokratis, tapi lebih mengutamakan komunikasi persuasif dan membimbing bawahan.
- Participating merupakan gaya kepemimpinan yang merefleksikan gaya partisipatif, gaya ini lebih mengutamakan perilaku yang berorientasi pada hubungan manusia daripada perilaku yang berorientasi pada tugas.
- Delegating merupakan gaya kepemimpinan yang merefleksikan gaya kepemimpinan lepas kendali. Pemimpin yakin akan kemampuan dan kesadaran bawahannya sehingga pemimpin tidak menaruh perhatian terhadap tugas maupun hubungan manusia
Pemimpin harus dapat menilai kesiapan anggota timnya sebelum menerapkan gaya kepemimpinan situasional yang tepat dan menyadari bahwa setiap orang memiliki tingkat persiapan yang berbeda. (dalam Anthony & Remiasa, 2019). Tentu saja pemimpin harus peka bahwa setiap anggota tim memiliki karakteristik unik dan cara memperlakukan mereka dengan sesuai. Dalam situasi ini, pemimpin memahami bahwa keragaman dapat menjadi kekuatan dengan memberdayakan anggotanya dan memanfaatkan bakat mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Thompson & Glason (2018) bahwa pemimpin perlu menyadari peluang untuk mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri anggota tim. Artinya, jika seorang pemimpin memperhatikan karakteristik dan keterampilan timnya, maka akan lebih mudah untuk mendistribusikan tugas dengan cara yang memberi kepercayaan pada tanggung jawab dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan mereka.
Referensi:
Anthony, F., & Remiasa, M. (2019). Analisis gaya kepemimpinan situasional PT Future Food Wahana Industri. AGORA, 7(1).
Geir Thompson, Lars Glas, (2018) "Situational leadership theory: a test from a leader-follower congruence approach", Leadership & Organization Development Journal, https://doi.org/10.1108/ LODJ-01-2018-0050
Tortorella, G., & Fogliatto, F. (2017). Implementation of lean manufacturing and situational leadership styles. Leadership & Organization Development Journal, 38(7), 946--968. https://doi.org/10.1108/LODJ-07-2016-0165
Wright, E. S. (2017). Dialogic Development in the Situational Leadership Style. Performance Improvement, 56(9), 27--31. https://doi.org/10.1002/pfi.21733
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H