Mohon tunggu...
Dwi Sardjuningsih Setya Wardhani
Dwi Sardjuningsih Setya Wardhani Mohon Tunggu... -

tamat universitas Indonesia jurusan arkeologi tahun 1980 1982 beaswiswa di Leiden, Belanda 1983 menikah. sampai sekarang tinggal di Hamburg, Jerman

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kalau Semua Putih

31 Agustus 2011   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:20 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bulan puasa sudah berlalu.

Tadi saya skype ke Indonesia untuk berhalal bihalal. Yang menarik adalah pakaian adik perempuan saya serta keponakan-keponakan. Semua memakai blus putih. Na ya, kan itu baju muslim. Kata mereka.

Kalau semua muslim memakai  baju putih, dikemanakan baju-baju lain yang berwarna?

Sering saya mendapat kesan, bahwa dengan memakai baju yang putih ini, banyak orang kemudian merasa dirinya juga putih dan menganggap yang tidak memakai putih bukan muslim dan bahkan perlu dihindari.

Kalau putih warna terbaik, kenapa Tuhan menciptakan warna-warna lain? Apakah hanya untuk memperlihatkan bahwa dibanding dengan warna-warna lain, putih itu warna terbagus?

Dalam fisika kita tahu bahwa warna putih cahaya itu bila lewat prisma menjadi pelangi. Dalam diagnosa Chakra, warna putih merupakan warna penyembuh di samping warna biru. Tapi juga warna yang menunjukkan orang tidak mempunyai semangat, tidak mempunyai keinginan berbuat, hidup hanya pasiv vegetativ.

Tapi apakah itu berarti putih lebih tinggi dari yang lain?

Saya senang warna. Saya senang melihat warna menyelimuti alam. Alam jadi indah dan dengan warna saya mendapat kesan tiga dimensional alam muncul dengan maximal. Putih hanya ada untuk menjadi aksen. Menekankan mana yang perlu di lihat dan diperhatikan. Tapi tidak lebih tinggi atau penting dari yang lain.

Kalau benar-benar seluruh dunia putih, kita semua lenyap ditelan cahaya. Lenyap dari alam semesta yang penuh dengan warna.

Kemana?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun