Suasana di samping Masjid Agung Baitussalam, Purworkerto pada akhir Juli 2015, dipenuhi penjual bendera dan umbul-umbul menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70. Begitu cerah, begitu meriah. Foto: koleksi pribadi
Â
Oleh Setyaningrum
Boleh saja, ukuran Sang Dwiwarna tersebut tidak sesuai standar aturan. Ada yang besar, ada pula yang kecil. Beraneka ukuran ditampilkan, ada yang melebar, namun banyak pula yang memanjang. Di sepanjang jalanan beberapa jalan, merah putih kokoh berkibar. Meriah tujuhbelasan! Gegap gempita memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Bahkan sebelum bulan kemerdekaan tersebut datang, merah putih sudah berkibar di jalanan. Sebagai contoh saja, di sepanjang Jalan Jendral Sudirman, Porwokerto. Para pengeruk rupiah, dari Sang Merah Putih tersebut, sudah siap menyambut tujuhbelasan. Kebetulan, pada akhir bulan lalu, 29 Juli 2015 tepatnya, saya berkesempatan menghabiskan sedikit waktu di alun-alun Purwokerto. Selepas subuh saya sudah berjalan menyusuri trotoar menuju pusat kota tersebut.
Waktu itu, di sepanjang jalan yang saya lalui, jalan Jendral Sudirman, di beberapa titik sudah terlihat aktivitas para penjual replika Simbol Negara tersebut. Ada yang sudah terpasang dibambu memanjang, ada pula yang masih terlipat rapi dalam bungkus plastik. Semakin bertambah semarak ketika mendekati alun-alun, tepatnya di pertigaan depan Masjid Agung Baitussalam.
Dari depan Masjid Agung Baitussalam tersebut, saya bisa mengedarkan pandangan, menelusuri bangunan sekitar alun-alun tanpa harus mengitarinya langsung. Tak ketinggalan air mancur yang berada di sisi selatan alun-alun. Semua terlihat dengan jelas. Meskipun kala itu masih pagi, dan sempat pula ditertutup kabut tebal yang turun (dalam istilah jawanya pedut).
Tepat di sebelah selatan masjid, di sepanjang jalan Jendral Sudirman, berderet Sang Dwiwarna tersebut di bentangkan oleh beberapa penjual, di kedua sisi jalan. Tak hanya Sang Merah Putih, beragam warna dan jenis umbul-umbul lain juga dibentangkan. Hari masih pagi, namun mereka sudah siap untuk mengais rezeki, dari simbol Ibu Pertiwi.
Di sisi jalan seberang masjid, adalah sebuah lapas, juga tak kalah meriah dengan berderet merah putih di bentangkan depan pintu masuknya. Gambaran yang ironi, di luar pagar lapas warga sedang gembira menyongsong dan merayakan kemerdekaan, namun di dalam pagar banyak warga yang terpasung kemerdekaannya.