Gedung Udiklat Jakarta, Jln. Letjend S. Parman, No. 27, Slipi, Jakarta Barat. Di gedung inilah Penjurian Akademi Menulis Kompasiana - PLN di selenggarakan pada Senin, 25 April 2016. foto: setyaningrum.
Mereka bekerja di Perusahaan Listrik Negara (PLN). Mereka paham tentang listrik. Kemudian, mereka mengikuti Akademi Menulis Kompasiana agar leluasa mengomunikasikan tentang listrik kepada publik. Mari kita sambut mereka sebagai bagian dari keluarga besar Kompasiana.
Saya dan beberapa kompasianer beruntung bisa mengikuti proses Penjurian Akademi Menulis Kompasiana - PLN pada Senin, 25 April 2016 lalu. Acara ini sekaligus bertajuk Kompasiana Coverage, yang di selenggarakan di kantor PLN, di Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat) Jakarta, Jln. Letjend S. Parman, No. 27, Slipi, Jakarta Barat.
Proses penjurian ini adalah bagian akhir dari Akademi Menulis Kompasiana – PLN. Sebelumnya, telah diawali dengan blog competition dengan tema Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik periode 8-21 April 2016. Dilanjutkan dengan pelatihan dan praktek magang di kantor Kompasiana, Gedung Kompas Gramedia, Unit II Lt. 6, Jl. Palmerah Barat No. 29 – 37, Jakarta.
Sebelum penjurian di mulai, acara pembukaan dan sambutan di berikan oleh Wisnu Satrijono selaku General Manager Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Perusahaan Listrik Negara (GM Pusdiklat PLN). Dalam sambutannya, Wisnu Satrijono menyampaikan bahwa beliau mewakili Direktur Human Capital Management (HCM) PLN, Mochamad Ali.
“Seharusnya Pak Mochamad Ali hadir bersama kita pagi ini. Beliau adalah inisiator kegiatan Akademi Menulis Kompasiana-PLN ini,” tutur Wisnu Satrijono lebih lanjut.
Menurut Wisnu Satrijono, PLN baru merasakan bahwa selama ini terlalu banyak mengurusi hal-hal yang teknis, tapi melupakan hal lain yang sama pentingnya, yaitu komunikasi. Selama ini, PLN belum mengomunikasikan apa-apa yang telah mereka capai, yang telah mereka lakukan kepada masyarakat luas. Kelupaan yang berimbas pada buruknya citra PLN. Di mana buruknya?
Banyaknya berita-berita negatif tentang PLN bertebaran di internet. Tentang pemadaman listrik, pelayanan yang kurang prima, ribetnya penyambungan baru adalah beberapa diantaranya. Dulu, masyarakat komplain hanya dengan menelpon langsung kantor PLN. Tapi di era modern ini, masyarakat tidak cukup hanya menelpon, dengan respon yang tidak atau kurang memuaskan. Masyarakat lebih memilih “curhat” di media sosial mereka tentang keluhan yang mereka alami. Di Facebook, Twitter, bahkan menyalurkan keluhan mereka ke stasiun radio dan surat kabar. Untuk apa? Supaya keluhan mereka didengar dan ditindaklanjuti.
Dari hal-hal sepele seperti ini seharusnya PLN bisa mendapatkan pelajaran bahwa, mereka harus belajar mendengar. Tidak saja menampung keluhan pelanggan, tapi juga mendengar dan memperbaiki komunikasi dengan pelanggan. Karena di mana-mana yang namanya pelanggan itu pasti menginginkan keluhannya segera ditindaklanjuti dengan cepat. Serta ada hasil nyata.
Dengan diadakannya Akademi Menulis Kompasiana-PLN ini, para pemagang dituntut tidak hanya menjadi staff humas saja. Diharapkan, mereka bisa bisa menjadi duta PLN yang bisa memberi informasi yang sesuai dan benar kepada masyarakat.