Mohon tunggu...
Setyani Alfinuha
Setyani Alfinuha Mohon Tunggu... -

Alumni ISHS 3 Kediri | Psikologi UIN Maliki Malang '13\r\n13410056

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Tidur pun, Bola Mataku Bergerak Sangat Cepat!

25 Oktober 2014   15:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:47 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lampu kamar dimatikan. Aku nyalakan lampu tidur yang lebih redup. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ku tarik selimut spongebobku dan siap untuk tidur. Kulihat ranjang sebelah, Riska, adikku sudah memejamkan mata dari tadi. Namun tiap beberapa menit ia selalu mengubah posisi tidurnya. Miring ke kanan, terlentang, miring ke kiri, tengkurap, dan begitu seterusnya. Setiap malam aku selalu mengamati adikku yang sedang tidur. Karena kami tidur di kamar yang sama, di ranjang berbeda. Meski aku pengamat posisi tidurnya adikku, aku tak pernah mengamati selama ia tidur sampai terbangun. Aku hanya mengamati awal tidurnya hingga aku tertidur dan di pagi hari saataku bangun. Uniknya, tiap pagi selalu ada saja barang yang mendarat di lantai, entah itu boneka, selimut, guling, bahkan terkadang bantal. Mungkin Riska terlalu lelap saat tidur hingga tidak menyadari barang-barangnya yang jatuh pikirku.

“Sarapan, sarapan, sarapan!” teriak bunda dari arah ruang tengah. Bergegas kukenakan seragam biru putihku dan pergi ke meja makan. “Kakak, tunggu!” seru Riska dengan seragam putih merahnya. Kami berdua bergegas pergi ke ruang tengah dan duduk di ruang makan. Roti bakar dan segelas susu sudah ada di sana. “Bunda, boleh aku bertanya sesuatu?” ucapku. “Iya, Nak. Kenapa?” balas ibu. “Bunda, kenapa ya Riska kalau tidur selalu pindah-pindah posisi? Sebentar terlentang, sebentar miring ke kanan, sebentar miring ke kiri, kadang juga tengkurap.” tanyaku penasaran. Riska nampak bingung. “Masak sih, Kak?” ucapnya. Bunda hanya tersenyum seolah tahu apa jawaban atas pertanyaanku. Bundaku memang seorang ibu rumah tangga, beliau tidak bekerja di luar rumah. Beliau bekerja mengurusi kami, aku, adik, dan ayah. Meski begitu, bundaku hebat. Beliau tahu segalanya, beliau selalu menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang terkadang sepele atau bahkan konyol. “Begini, Sayang. Sebenarnya saat kita tidur, kita telah melalui sejumlah tahapan tidur. Mulai dari saat kita terjaga, lalu kita masuk tahap I sampai tahap IV, hingga kita memasuki fase tidur REM. Nah, saat kakak mengamati adik sedang memejamkan mata tetapi ia berpindah-pindah posisi, sebenarnya adik sedang dalam keadaan terjaga namun menuju pada tahapan tidur.” jelas ibu dengan sabar. Kuanggukan kepala sambil melanjutkan pertanyaan yang terlintas dibenakku. “Oh begitu ya. Berarti adik itu belum sepenuhnya tidur ya, Bunda? Lalu, tidur REM itu apa, Bunda?” sebaris pertanyaan aku ajukan lagi pada Bundaku yang serba tahu. Tiba-tiba klakson mobil ayah berbunyi “tiiin..tiiin..”, tanda ayah sudah menunggu kami di mobil. “Sudah, cepat bersiap sana.” Kata ibu sambil merapikan rambut adik. Kami pun mencium tangan bunda dan bergegas menuju mobil. Dengan sebaris pertanyaan yang berniang di kepalaku, aku pergi ke sekolah. “Ah, nanti saja sepulang sekolah akan kutaynakan pada bunda” pikirku.

***

“Bundaaa...” sapa Riska sambil berlari berusaha meraih tangan bunda dan menciumnya. Dari arah belakang aku mengikuti langkah Riska dan mencium tangan bunda. “Anak pintar, ayo segera ganti baju ke kamar” kata bunda pada Riska. “Bunda punya janji lo sama aku” ucapku manja. Sekali lagi bunda ternyum. Bunda mengajakku duduk di ruang tamu dan memulai pembicaraan. “Tentang fase tidur, kan? Begini sayang, saat orang sedang menuju fase tidur, sebenarnya ia belum sepenuhnya tertidur, seperti yang dilakukan adikmu ketika mengubah-ubah posisinya. Nah, ketika masuk pada tahap I, ia telah memasuki tahap yang paling ringan dari keempat tahap yang ada. Selama tahap ini, terdapat periode-periode singkat aktivitas gelombang theta. Sedangkan saat masuk tahap II dicirikan oleh kumparan tidur (sleep spindles) yang berupa lonjakan-lonjakan ritmik. Selama tahap III, terdapat sejumlah gelombang delta yang berfrekuensi sangat rendah dan pola kumparan juga masih berlangsung. Pada tahap IV, aktivitas yang sama terjadi seperti pada tahap III, namun memiliki lebih banyak gelombang delta. Nah, tahap IV ini adalah tahap tidur yang paling dalam, saat orang paling sulit dibangunkkan. Hingga ia masuk pada fase tidur REM, yani fase tidur yang dicirikan oleh adanya pergerakan bola mata dengan cepat dan tubuh menjadi rileks.” jelas Bunda panjang lebar.

“Ohh.. begitu” kataku sambil mengangguk. “Lalu bagaimana mungkin kita bisa tau kalau Riskan sedang tidur REM, Bunda? Kan matanya terpejam, bagaimana aku tahu kalau pergerakan bola matanya menjadi cepat?” lanjutku. Senyuman ringan tersudut di bibir bunda. Mungkin buda geli dengan pertanyaan polosku tadi. “Begini sayang, kita hanya bisa mengetahui kalau Riska memakai alat, namanya EEG atau electroencephalograph.” jelas bunda padaku. Aku masih terdiam, dalam hati aku berpikir, bagaimana alat EEG itu? Apakah seperti kamera? Atau seperti apa? Dan sepertinya bunda mengerti wajah bingungku dan beliau melanjutkan penjelasannya. “Penggunaan EEG tidaklah ribet asal partisipan tidak keberatan mengenakan perangkat EEG di kepalanya yang berupa kabel-kebal yang menjuntai seperti ular.” “Hm, jadi alatnya semacam kabel-kabel gitu ya, Bunda?” Bunda mengangguk. Terjawab sudah pertanyaan-pertanyaan yang dari tadi berputar-putar di kepalaku. Merasa puas dengan jawaban bunda, aku pergi ke kamar untuk ganti baju dan istirahat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun