Jika anda mendengar wonosobo, pasti akan lekat dengan tempat wisatanya yang terkenal di kawasan Dieng. Di sana terdapat Telaga Warna, Sikunir, Kawah Sikidang dan Candi Arjuna. Namun jika anda mulai bosan dengan tempat-tempat tersebut, tidak ada salahnya jika anda berkunjung ke sebuah telaga yang bernama Telaga Dringo, 45 menit dari Telaga Warna karena kondisi jalan yang masih bebatuan.
Untuk dapat ke Telaga Dringo, dari telaga warna anda menuju Desa Pakisan lalu menuju Desa batur. Lokasi wisata Telaga Dringo memang masih sepi, sehingga jika anda tersesat, tanyalah warga sekitar karena jalan masuk menuju telaga Dringo tidak terdapat gerbang maupun petunjuk jalan. Dari desa Batur cobalah mengunjungi sebuah kawah Candradimuka. Menurut legenda, kawah candra dimuka adalah tempat Gatot Kaca mencelupkan dirinya agar mempunyai kesaktian kebal senjata.
Walaupun tenaga terkuras karena jalan yang rusak dan sempit, namun sesamapainya di Telaga Dringo anda dapat melepas penatnya rutinitas. Ketika pertama kali melihat Telaga Dringo, saya langsung teringat film 5cm,salah satu keindahan telaga ini hampir mirip seperti Danau Ranu Kumbolo yang terletak di Pegunungan Tengger di kaki Gunung Semeru.
Masih penasaran dengan apa saja keindahan yang ada disini? Cobalah anda kembali lagi ke jalur awal masuk telaga Dringo, kemudian ada jalur setapak dan ikuti jalur tersebut, walaupun cukup menguras tenaga ketika melewati jalur tersebut. Namun ketika anda sampai dipuncak bukit, benar saja memang indah. Namun tempat dari ketinggian ini banyak sekali ditemui sampah.
Saya pun memberanikan diri untuk mengajaknya berkenalan, dengan ramah dia menjabat tangan saya sambil berkata “saya Herman dari Jakarta’. Herman melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Dieng selama satu minggu, selama perjalanan ia beristirahat di Masjid dan SPBU. Namun tak jarang ia juga ditawari untuk beristirahat di rumah warga sekitar yang ia lewati. Rencananya setelah dari Dieng, Herman akan melanjutkan perjalanan menuju Bromo.
Ketika sedang berbincang tiba-tiba kabut pun turun dan saya lekas mendirikan tenda disekitar telaga. Sebelum beranjak pulang ia menjabat tangan saya diiringi senyumannya sambil berkata “setelah pulang dari Bromo nanti saya akan menghubungimu dan mampir di kotamu”. Saya pun berpesan hati-hati kepadanya.
Banyak pelajaran yang saya dapatkan ketika bertukar pendapat dengannya. Herman bersikap kepada saya bukan seperti senior kepada junior, melainkan seperti teman sebayanya, walaupun sebenarnya usia kami terpaut jauh. “selalu ingat dan percaya. Taat kepada tuhan sumber segala kehidupan. Itu lentera hidup yang bijaksana terang benderang,” ujar Herman kepada saya. Setelah itu, dengan gagah Herman pun melanjutkan perjalanannya.
Bagi anda yang akan mengunjungi Telaga Dringon sebaiknya membawa makanan dan minuman dan kantong plastik karena disekitar lokasi belum terdapat tempat sampah. Karena ketika anda memasuki wilayah ini, hanya ada pedagang asongan. Jika sudah menikmati Telaga Dringo, cobalah untuk menikmati Mie Ongklok yang banyak tersedia di kota Wonosobo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H