Halaman 25
Daerah Lulumbang yang merupakan pusat pembuatan senjata, nampak siang malam tak berhenti untuk membuat senjata-senjata, baik pedang, tumbak, keris. Suara denting besi beradu besi dan perapian siang malam tak ada henti. Bahkan pandai besi-pandai besi dari daerah-daerah lain banyak yang didatangkan ke lulumbang untuk memenuhi kebutuhan pesanan senjata yang semakin meningkat.
Para Brahmana dan Pendeta juga tak henti-hentinya melakukan pemujaan-pemujaan bersama, agar Kerajaan Singosari yang baru berdiri ini dapat menjadi Kerajaan yang kuat lahir batinnya. Mereka melakukan pemujaan sebagai rasa syukur bahwa Tumapel yang sudah menjadi Kerajaan Singosari, telah melindungi mereka dengan segenap rakyatnya.
Maka di pertapaan-pertapaan juga tidak ketinggalan melakukan latihan-latihan olah kanuragan, latihan-latihan perang. Karena yang akan mereka hadapi adalah kerajaan kediri yang mempunyai banyak prajurit yang sudah biasa menghadapi peperangan.
Sontak seluruh rakyat Singosari dengan sukarela, berbondong-bondong ingin mengikuti latihan-latihan perang. Mereka sangat mencintai Sri Rajasa yang dia anggap sebagai titisan dewa dan rakyat Singosari mengetahui bahwa Ken Arok Adalah orang kebanyakan seperti rakyat Singosari sendiri. Sehingga rakyat Singosari seperti membela dirinya sendiri.
Secara diam-diam senopati Gagak Inget telah mengumpulkan sisa-sisa prajurit Jenggala, yang ternyata jumlahnya cukup besar. Mereka adalah bekas prajurit yang telah terlatih di segala medan peperangan, sehingga mereka sengaja melakukan pemusatan latihan tersendiri.
Layaknya prajurit Kediri, mereka biasa melakukan peperangan dengan gelar perang. Tetapi karena selama ini mereka hidup dalam pelarian sehingga mereka harus mulai berlatih kembali dalam gelar perang keprajuritan. Senopati Gagak Inget yakin dengan latihan-latihan yang keras, mereka segera akan dapat membentuk pasukan perang untuk mengimbangi ketangguhan prajurit Kediri.
Apalagi bekas prajurit Jenggala ini banyak yang kembali ke padepokan-padepokan mereka sendiri-sendiri. Sehingga selama mereka hidup dipadepokan mereka dapat mengembangkan ilmu olah kanuragannya bersama murid yang lain. Bahkan mendapatkan bimbingan khusus dari guru-guru mereka.
Demikian juga dengan kawan-kawan seperjuangan Ken Arok ketika dalam pengembaraannya di dunia hitam. Mereka merasa bangga dengan keberhasilan Ken Arok dan mereka semua siap membantu Ken Arok untuk merebut Kerajaan Kediri. Mereka dipimpin oleh Tuan Tita melakukan latihan-latihan yang tidak kalah dengan pasukan yang lain.
Pagi itu Panji Pati-Pati tengah berada di padepokan Mahesa Agni di Panawijen. Mereka nampak sedang serius membicarakan perkembangan hubungan antara Kerajaan Kediri dan Singosari.