Mohon tunggu...
Setyadi Adi
Setyadi Adi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan jiwa pekerja

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penumpukan Bangkai Kapal di Pesisir Pantai Desa Ketapang

17 Juni 2022   16:26 Diperbarui: 17 Juni 2022   16:38 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangerang – Warga Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang sebagian kecil berprofesi sebagai nelayan. Para nelayan di sekitar Desa Ketapang mayoritas banyak menggunakan perahu-perahu kecil dengan panjang berkisar antara empat meter hingga enam meter. Namun kini sudah banyak para nelayan yang beralih profesi, sehingga banyak perahu bekas para nelayan ditinggal hingga memenuhi muara sungai di Desa Ketapang.

Dulu para nelayan bisa mendapatkan ikan yang berlimpah, namun sejak tahun 2014 para nelayan mengalami penurunan tangkapan ikan. Penurunan hasil tangkapan inilah yang membuat para nelayan banyak yang beralih profesi dan membiarkan kapalnya di muara sungai atau pesisir pantai Desa Ketapang. Bahkan kapal yang sudah tidak beroperasi ini berjumlah puluhan kapal dan sebagian sudah tak dapat lagi digunakan hingga menjadi bangkai kapal di sekitar muara sungai dan pesisir pantai.

Penurunan hasil tangkapan ini adalah dampak dari oknum-oknum nelayan yang menggunakan bom ikan sehingga banyak terumbu karang yang seharusnya menjadi habitat alami ikan kian rusak dan hilang. Bukan hanya penggunaan bom ikan, ada juga nelayan yang menggunakan jaring dengan lubang yang kecil sehingga anak-anak ikan juga ikut terambil. “Kalau dulu saya setiap ke laut, sekali jaring itu bisa dapat banyak mas, cuman dari tahun 2014 sampai sekarang mah susah. Ya penyebabnya itu mas kadang ada aja nelayan yang pake bom sama jaring yang lubangnya kecil bisa nangkap anakan juga,” ujar pak Wardi, Nelayan Desa Ketapang, (30/5/2022).

Karena kapal yang ditinggalkan juga terdapat di sungai sebelum mencapai muara tentu hal ini juga berdampak pada warga sekitar. Dampak yang ditimbulkan adalah terhalangnya aliran sungai sehingga banyak sampah yang tersangkut di bangkai kapal. Namun demikian pemilik kapal-kapal yang tidak terpakai ini sebagian besar menolak untuk diangkut dengan alasan masih terpakai. “Sampah itu banyak yang menyangkut di kapal yang nggak di pakai itu mas, tapi kapalnya juga nggak boleh diangkut sama yang punya,” ujar Laras, Warga Desa Ketapang, (30/5/2022).

Masalah sampah yang menyangkut di bangkai-bangkai kapal juga berasal dari masyarakat yang masih mempunyai kebiasaan membuang sampah di sungai, dalam hal ini tentu pemilik bangkai kapal tidak bisa disalahkan begitu saja. “Begini mas, kalau sampah yang menyangkut di kapal-kapal nelayan itu sebenarnya kan karena masyarakatnya juga yang masih suka membuang sampah di sungai, jadi memang kesadaran masyarakatnya juga kurang karena masih suka membuang sampah di sungai begitu mas,” ujar pak Wardi, Nelayan Desa Ketapang, (30/5/2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun