Melangkah ia dikoridor utama
Tak seperti menyelinap
Rautnya mulai terpancar amat memesona
tetap bersinar, meskipun hari semakin menampakkan gelap
Melintasi bilik-bilik mencari ruang kebahagiaan
Menyusuri terang-redupnya lampu temaram
sesekali nanarnya menunduk seraya lurus ke depam
tak padam walau siang t'lah berubah menjadi sendunya malam
Terpesona senja
Kala pesonanya membuat jejak pengagum terpedaya
sesaat, namun menimbulkan candu dalam cawan asmara
Begitu cepat menembusi mata sampai hati jugalah yang merasainya
Dalam suatu ketika
Rasa dalam benaknya teruji
Dan berusaha menghindari 'pandangan hitam' dalam dirinya
Namun langkah kakinya tetap memesona walau tersadar
parasnya menjadi titik uji
Sekali lagi dia menapaki jalanan yang biasa dilalui
Nanarnya kedepan, tetap menunduk
pada ketakdziman yang semakin menarik hati
tak jua hilang meski waktu berubah dan malah semakin merasuk
Wahai Laki-laki berparas rupawan
tak perlu kau gundah dengan sikapmu
berjalanlah seperti layaknya kau melangkah
jangan hiraukan mata dan hatiku yang selalu mengagumi dirimu
^_^
Tertulis untuk dirinya
Laki-laki berparas rupawan
Yang selalu menunduk namun pandangannya kedepan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H