Mohon tunggu...
Defit Setya
Defit Setya Mohon Tunggu... Freelancer - Student, Free Mom

Seorang musafir dari Desa menimba Ilmu ke Kota menjadi seorang Mahasiswa (ITS). Seperti padi, semakin ia berisi maka semakin ia merundukkan diri, pertanda kerendahan hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bidadari Itu, Bernama "Bunga"

4 Januari 2014   11:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tertulis indah dihamparan putihnya
Menawan hati yang melihatnya
Seindah mawar, sewangi melati
Menelusup hingga relung sanubari

Kau seperti Dewi Nawang yang turun menuju pelangi
Mengibas telaga menghimpun sang dewi
Kayangan hati ini terusik
Dan jiwaku makin menelisik

Aku tertegun, menapmu dari bukit hatiku
Melambai merengkuh bulan nan memesona
Diri ini tak jua mejadi pujangga meluapkan isi dikalbu
Riuh, gemuruh rasa didadaku

Ntah menjelma, wahai Bunga
Berseri ditengadahnya sang jelaga
Nan haus wangi Bunga di tanam sangkala
Lamunku terguncang, hanya bergumam ria

Wahai Sang Bunga,
Biarlah sang kumbang mendekat mengitar kelopak
Dan sanubari akan ku pertaruhkan pada indahnya
Meski harus pelan, rasaku terhentak

Terkedip sang indra kian mengerling
Merayu ragaku untuk menopang apa yang merintang
Membius semburat haruku untukmu, wahai Sayang
Sampai kelopak dan hatiku berkembang

- Semangat -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun