Mohon tunggu...
Defit Setya
Defit Setya Mohon Tunggu... Freelancer - Student, Free Mom

Seorang musafir dari Desa menimba Ilmu ke Kota menjadi seorang Mahasiswa (ITS). Seperti padi, semakin ia berisi maka semakin ia merundukkan diri, pertanda kerendahan hati.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jika yang Bertugas ke Daerah Dokter, Sarjana yang Lain Kemana?

22 Januari 2014   18:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Membaca tulisan Bapak Arief tentang penugasan dokter ke daerah membuat saya jadi terinspirasi tentang pengabdian mahasiswa yang telah lulus dengan bidang dan jurusan yang telah mereka pilih pada awalnya. Tidak jarang lulusan perguruan tinggi harus bekerja di kantoran dengan harapan gaji yang lebih. Pada kenyataannya yang banyak diterjunkan ke daerah hanyalah lulusan kedokteran, bidan dan sebangsanya, lalu yang lain kemana??

Banyak resource yang bisa dimanfaatkan, Mahasiswa dan lulusan Teknik Pertanian dan yang berkaitan dengan Teknologi Pertanian.

Teknologi Pertanian
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dimana setiap wilayahnya memiliki sumber daya alam yang begitu melimpah. Hampir semua tumbuhan dapat hidup dengan subur dan baik di tanah tercinta. Dari hasil alam yang melimpah inilah, sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya. Bermula dari menjadi petani gurem atau petani yang hanya mempunyai lahan kecil, hanya seper empat hektar, masyarakat pun kemudian mempunyai inisiatif untuk menjual hasil bercocok tanamnya ke orang lain. Saat itulah bidang pertanian menjadi lahan utama bagi masyarakat Indonesia. Pertanian tidak hanya terbatas pada kegiatan menanam padi di sawah, tetapi lebih dari itu. Pertanian meliputi bidang peternakan, perikanan, perkebunan, pangan, dan ilmu sains atau ilmu alam yang berkaitan dengan bidang pertanian.

Bukti riil bahwa kondisi pertanian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti, diantaranya adalah:
1. Teknologi
Dari dulu hingga sekarang sistem dan teknologi pertanian yang digunakan didaerah masih sama. Contohnya ketika petani membajak sawah, mereka masih memanfaatkan tenaga tradisional seperti sapi atau kerbau dan bajak untuk mengolah tanah garapan. Mereka belum beralih memakai teknologi yang lebih modern seperti teknologi yang dipakai dinegara tetangga, Malaysia, bangkok atau Thailand misalnya.

2. Paradigma tentang Petani
Paradigma masyarakat bahwa petani tidak luput dari cangkul, bajak dan sapi atau kerbaunya, sehingga tidak tercetus suatu anggapan bahwa petani yang sukses dengan gaya parlente dan hasil melimpah yang mampu mensejahterakan rakyat Indonesia.

3. Citra Hasil Pertanian Indonesia
Disuatu sisi, petani Indonesia mampu mengekspor hasil pertanian seperti kopi, sawit, kokoa, karet, hasil laut, dan lain-lain. Namun sebagian besar yang diekspor adalah barang mentah atau barang setengah jadi, sehingga produk jadi tetap menjadi hak negara pengimpor, dari sini gaung hasil pertanian tidak lagi terdengar, bisa dibilang sudah diakuisisi oleh negara lain. Pada akhirnya income yang diterima oleh petani Indonesia menjadi kecil, ironisnya keuntungan dinikmati oleh pihak lain.

4. Lahan Pertanian digarap oleh masyarakat secara Tradisi, Bukan pada Ahlinya
Sektor pertanian yang ada di Indonesia masih dipegang oleh orang-orang yang berpendidikan rendah, lulusan SD atau SMP saja. Salah menteri pertanian Indonesia pernah menyampaikan bahwa sebagian besar dari petani Indonesia tidak memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai untuk mengolah pertanian mereka, sehingga hasil pertanian pun tidak maksimal dan memiliki kualitas rendah.

Lalu, kemana orang-orang pintar kita?
Kemana para sarjana dengan segala gelar yang menempel pada nama mereka?
Kemana para mahasiswa yang didengung-dengung sebagai penggerak perubahan?
Bila seperti ini terus-menerus, pemerintah dan kaum idealis jangan menyelahkan keadaan, kenapa saat ini pertanian Indonesia tidak mengalami kemajuan? Jawabannya karena banyak dari mereka yang tidak peduli dan tidak bertindak. Bagi mereka menjadi petani itu pekerjaan yang rendah dan tak dapat diandalkan hasilnya.

Sebagai mahasiswa, setelah mengetahui berbagai kenyataan pahit profil pertanian kita hanya berdiam diri? Tentu tidak. Jalan keluar yang bisa dilakukan adalah kita harus bergerak mengadakan perubahan pada sistem pertanian kita. Mahasiswa sebagai mahasiswa yang berbasiskan pada pertanian harus mampu berkontribusi aktif dalam membangun dan memajukan pertanian Indonesia. Mahasiswa harus menjadi pelopor yang mampu menginspirasi kaum muda Indonesia agar mencintai pertanian negerinya sendiri. Bagaimana caranya?

Mendalami Bidang Masing-masing
Dengan memdalami bidang yang mereka geluti dibangku perkuliahan diharapkan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh.
Mahasiswa jurusan Teknik Pertanian, mungkin bekerja sama dengan Teknik Mesin menciptakan traktor canggih yang berguna bagi petani untuk mengolah sawahnya. Mahasiswa jurusan Agroteknologi dan Biologi mengadakan research dan mengembangkan bibit tanaman unggul melalui ilmu genetika, mahasiswa Ilmu Pangan dan Gizi dapat meneliti dan mengembangkan hasil pertanian dan pangan di Indonesia, mahasiswa ilmu kesehatan masyarakat mampu juga berkontribusi memasyarakatkan hasil riset dari ilmu-ilmu gizi dan kesehatan.

Bila mahasiswa mau berkontribusi membantu pemerintah dalam memecahkan masalah pertanian Indonesia bukan tidak mungkin pertanian Indonesia dapat kembali berjaya seperti masa Presiden Soeharto yang pernah mewujudkan swasembada beras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun