Mohon tunggu...
Defit Setya
Defit Setya Mohon Tunggu... Freelancer - Student, Free Mom

Seorang musafir dari Desa menimba Ilmu ke Kota menjadi seorang Mahasiswa (ITS). Seperti padi, semakin ia berisi maka semakin ia merundukkan diri, pertanda kerendahan hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mencuri Waktu

12 Maret 2014   21:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Denting sudah berjalan mengusung pagi
mengubah embun menjadi titik uap yang pada akhirnya harus kembali
memakan dinginnya dan berubah menuju panas yang menjadi
hulu ke hilir menjadi ringan untuk didaki

Tercenung, lama,..
membaca apa inginnya sukma
namun tak jua terjawab oleh raga
dan, tubuh ini hanya terpaku pada satu suasana

Pukul satu hilang menjadi dua dan berubah menjadi tiga
jarum dan detik digital sudah berubah
dan hanya terperangah pada satu waktu yang menjelaga
bertahan pada ketidakteraturan yang mengangah

Duhai Tuhanku,
maafkanlah hambaMu yang berlayar menelusuri waktu
namun, tiada aku membaca pertanda yang tertulis dan terpapar satu demi satu
dan hanya merenung, menyusuri ruang tanpa makna yang membelenggu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun