Mohon tunggu...
Defit Setya
Defit Setya Mohon Tunggu... Freelancer - Student, Free Mom

Seorang musafir dari Desa menimba Ilmu ke Kota menjadi seorang Mahasiswa (ITS). Seperti padi, semakin ia berisi maka semakin ia merundukkan diri, pertanda kerendahan hati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Macetnya Jalan Arief Rahman Hakim (ARH)

9 Juni 2014   18:37 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:32 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemacetan terjadi sepanjang Jalan Arief Rahman Hakim dan pertigaan Perumahan Kertajaya Indah, Surabaya, dari kejauhan terlihat kepulan asap sedang dari arah pertigaan tersebut, saya tidak tahu sedang terjadi apa, ketika saya lewat dan bertanya, orang disamping saya pun belum tahu apa yang sedang terjadi di jalan ujung depan sana. Sampai tulisan ini "nampang" di Urban Kompasiana, kemacetan masih terjadi (sudah satu setengah jam yang lalu). Mobil-mobil box besar, molen tiba-tiba berseliweran dan jumlahnya lebih banyak dari biasanya. Bunyi klakson tak terbendung, sudah gerah dengan panasnya kota Surabaya ditengah hari ditambah lagi dengan adanya kemacetan lalu lintas.

Dua keadaan yang membuat emosi makin meninggi, yaitu berada di jalan raya ketika akan turun hujan dan disiang hari saat terik. Ketika hujan, pengendara berbalapan ria menghindari hujan turun, ketika air sudah mulai menggenang, adegan ciprat mencipat pun tidak bisa dihindari. Air hujan yang bercampur dengan hitamnya jalanan membuat air yang menggenang ikut berwarna hitam pekat, wah, apalagi jika sudah terciprat, kudu direndam dengan deterjen anti noda yang ekstra.

Namun kemacetan kali ini terjadi saat matahari mulai berada diatas ubun-ubun dan tambah menyengat saja. Ada kendaraan yang akan bergerak ke kanan jadi terhalang oleh kendaraan yang akan bergerak ke kiri, dan pada akhirnya ngendon dan tidak bergerak, walhasil, saling main klakson dan tidak ada yang mau mengalah.

Sayang sungguh sayang, tidak ada petugas lalu lintas yang berjaga sepanjang jalan tersebut, yang ada juga jaraknya agak jauh, seratus meter dari tikungan, itu saja pengatur lalinnya sekolah elit. Mau tidak mau salah satu pengendara turun dan menjadi pengatur lalu lintas dadakan pada saat itu, motor-motor berhasil menelusup dan mobil yang berukuran besar perlu diarahkan untuk berjalan meski setapak demi seputarnya roda.

Selamat beraktivitas, bijaklah dalam berkendara, pilih jalan alternatif untuk menghindari kemacetan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun