Saya cukup yakin, bahkan, sangat yakin. Bahwa, setiap (calon) karyawan atau pekerja di suatu perusahaan menyimpan harapannya masing-masing terkait kantor yang menjadi tempatnya meniti karir, menambah skill, juga mencari nafkah.
Benefit mumpuni, lingkungan kerja yang dirasa sangat nyaman, antara beban kerja dan gaji terbilang proporsional, sampai dengan hubungan antar rekan kerja yang sangat baik.
Saking begitu baiknya hubungan antar rekan kerja termasuk dengan para bos, tidak sedikit para karyawan yang pada akhirnya merasa, kantor itu ibarat rumah kedua dan rekan kerja terasa seperti keluarga.
Itu hanya sedikit harapan sekaligus gambaran kantor yang ideal bagi sebagian karyawan. Realitanya, seringkali tidak demikian. Sulit dimungkiri bahwa, komunikasi yang kurang baik menjadi salah satu pemicu awal suatu permasalahan di ruang lingkup perkantoran. Akibatnya, lingkungan kerja yang toxic tercipta begitu saja dan sulit dihindari.
Saling membicarakan satu sama lain di belakang, bergosip, sampai dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan perhatian lebih dari para bos, kerapkali terjadi. Akhirnya, persaingan secara tidak sehat pun seakan menjadi sesuatu yang lumrah.
Kesal dan pengin melabrak rekan kerja yang seperti itu? Sudah pasti. Ada keinginan untuk resign? Tentu saja. Namun, dalam jangka panjang, hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. Malah, akan menambah masalah yang, bahkan nggak perlu-perlu amat.
Lantas, apa yang bisa para karyawan lalukan?
Berdasarkan pengalaman bekerja selama tujuh tahun, sekira empat tahun di antaranya di ruang lingkup HRD, hal yang paling mungkin dilakukan adalah: berdamai dengan lingkungan kerja yang toxic. Boleh jadi, hal ini sulit dilakukan dan butuh waktu. Namun, pasti bisa karena terbiasa.
Disadari atau tidak, dalam prosesnya, berdamai dengan lingkungan kerja yang toxic akan mendewasakan kita sebagai pekerja.
Lalu, apa saja yang sekiranya bisa dilakukan oleh para karyawan dalam proses berdamai dengan lingkungan kerja yang dirasa toxic?
Pertama, handle secara profesional, bukan personal.