Persoalan mengenai dunia kerja memang selalu menarik untuk didiskusikan. Apalagi jika sudah membahas proses seleksi karyawan dari A sampai Z.
Ada saja hal-hal di luar dugaan yang sering kali terjadi dan melibatkan dua belah pihak terkait: HRD dan pelamar kerja.
Mulai dari HRD yang dilabeli tukang ghosting oleh sebagian kandidat. Sampai dengan kandidat yang dianggap masih belum juga memahami bagaimana tata cara mengirim email yang baik dan benar di mata sebagian HRD.
Pembahasan serupa seakan terus terulang dan sulit menemukan titik temu. Sudah seperti paradoks tersendiri dalam ruang lingkup seleksi karyawan.
Padahal, tak jarang berbagai edukasi sudah diberikan kepada kandidat. Baik secara langsung atau online. Melalui beberapa webinar tentang proses rekrutmen, misalnya.
Sebagai representasi perusahaan, sosok HRD juga perlu memiliki jiwa sebagai seorang customer service, agar bisa informatif kepada para kandidat yang sudah mengikuti proses seleksi.
Paling tidak, bisa menginformasikan terkait tenggat proses. Berapa lama harus menunggu. Juga status dari proses yang diikuti--apakah dinyatakan lolos atau gagal. Biar nggak dilabeli tukang ghosting lagi.
Di sisi lain, sebagai recruiter, sudah biasa rasanya bagi saya mendengar curhatan sekaligus pertanyaan dari banyak teman.
Satu yang sering ditanyakan adalah, “Kenapa sih HRD terkesan mengulur waktu saat proses wawancara? Mulainya suka lama dan nggak tepat dari waktu yang dijadwalkan di awal.”
Dalam konteks yang sama, sebagai recruiter, saya pun memiliki pertanyaan yang serupa, “Kenapa sebagian kandidat datang terlambat dengan alasan yang, sebetulnya bisa dihindari?”
Tentu saja, kedua pertanyaan tersebut bukan untuk menghakimi apalagi menggeneralisasi. Hanya sekadar meluruskan agar bisa menemukan solusi dan titik temu dari persoalan yang terus berulang dan sebetulnya bisa diminimalisir.