Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Pendengar Curhat yang Baik bagi Driver Ojol yang Sedang Insecure Mengenai Rezekinya

11 Januari 2020   18:57 Diperbarui: 11 Januari 2020   19:00 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin sore sekitar jam 16.30, hujan menerpa kawasan Jakarta Selatan. Tidak berlangsung lama, hanya sekira 40 menitan sampai dengan pukul 17 lewat. Hal tersebut memberi dampak pada volume kendaraan yang meningkat pada jam pulang kerja (antara pukul 17.00 hingga 18.00).

Arus bolak-balik menjadi sama macetnya. Saya bisa memahami hal tersebut, mungkin karena banyak orang yang memiliki pemikiran serupa, pulang dari kantor setelah hujan reda.

Antrean halte transjakarta di beberapa titik pun penuh sesak, banyak calon penumpang terlihat berdiri secara teratur hingga tangga JPO menuju halte, termasuk yang paling dekat dengan kantor saya.

Karena ogah menunggu lama, akhirnya saya memutuskan untuk naik ojol. Nggak apa-apa walaupun ongkosnya menjadi lebih mahal karena sedang high demand, yang penting bisa segera tiba di rumah.

Hanya saja, saya harus rela menunggu hampir 30 menit sampai dengan ada driver yang menerima orderan saya ke Stasiun Cawang. Sekitar pukul 18.30 akhirnya saya duduk dengan nyaman di belakang driver ojol.

Ternyata, mau naik motor pun macet tetap tidak dapat dihindari, dan di sela-sela lamunan saya meratapi macetnya kawasan Jakarta Selatan, tiba-tiba driver ojol bercerita tentang dirinya yang sedang was-was (bahasa kerennya sih insecure) dengan rezeki yang didapatnya.

Dia bercerita, saat ini jadi ojol saingannya betul-betul banyak. Siapa pun bisa menjadi mitra selama memenuhi syarat dan ketentuan perusahaan, termasuk para karyawan kantoran.

Bukan kali pertama saya mendengarkan curhatan abang ojol, jadi, sebelum saya berbicara atau menimpali curhatannya, saya lebih memilih untuk mendengar dan mencoba memahami lebih dulu seperti apa cerita sekaligus sambatannya.

Abang ojol melanjutkan, biasanya dalam sehari bisa mendapatkan minimal 15 orderan, kini dapat 5-7 saja sudah syukur. Oh iya, by the way, abang ojol yang sedang curhat ini betul-betul menjadikan ngojek sebagai mata pencaharian utama.

Di satu sisi, saya memahami bagaimana blio menggantungkan rezekinya terhadap profesi yang dia lakoni.

Namun, di sisi yang lain, saya tidak sependapat jika dia merasa rezekinya makin seret hanya karena semakin banyak orang yang bisa menjadi mitra ojol, termasuk karyawan kantoran.

Setelah banyak bercerita soal kegelisahannya, abang ojol sebetulnya memahami alasan karyawan kantoran yang juga menjadi driver ojol, apalagi jika bukan untuk memenuhi kebutuhan diri sekaligus keluarganya---seperti dirinya sendiri.

Curhatan pun akhirnya terhenti yang akhirnya disambung dengan pertanyaan, "saya baiknya gimana ya, Mas?".

Saya sendiri sempat bingung harus menjawab apa, karena khawatir salah ucap dan bukannya memberi solusi, eh malah menyinggung.

Dengan penuh kehati-hatian, akhirnya saya mencoba memberi respon atas kegelisahannya. Saya menyampaikan ke blio bahwa, rezeki memang kadangkala menjadi misteri. Namun, ungkapan rezeki tidak akan tertukar itu pasti.

Ditambah, usaha dan doa tidak akan menghianati hasil. Mau gimana pun, rezeki bukan hanya menyoal materi. Kesehatan, dikelilingi oleh banyak teman baik dan selalu ada di kala senang maupun susah, itu pun termasuk rezeki.

Soal karyawan kantoran yang juga menjadikan ojol sebagai profesi sampingan, pasti mereka memiliki alasan pribadi yang cukup mendalam.

Utamanya, pasti untuk memenuhi kebutuhan. Saya bisa berkata demikian, karena memiliki banyak teman yang walaupun sudah berstatus karyawan, mereka juga tetap menjemput rezeki tambahan menjadi driver ojol.

Alasannya sama, agar kebutuhan keluarga terpenuhi. Pendidikan anak, makan, juga tabungan.

Setelah menjelaskan hal itu kepada driver ojol, tidak lupa saya meminta maaf khawatir ada salah penyampaian, terkesan menggurui, atau beberapa kata yang menyinggung.

Beruntung, blio tidak sedikit pun mempermasalahkan apa yang saya sampaikan dan mengucapkan terima kasih atas saran dan penjelasan yang sudah diberikan.

Saya cukup memahami kegelisahan tersebut. Dan akhirnya saya pun ikut merenung, mengingat perjuangan orang tua dalam membiayai saya hingga sebelum akhirnya bekerja dan hidup secara mandiri.

Kini, saya yang berada di posisi itu, bekerja dan berusaha menghidupi keluarga bagaimana pun caranya, apa pun usaha sampingannya.

Untuk abang ojol di mana pun berada, semoga selalu diberikan rezeki yang lebih dari cukup. Dan nggak perlu insecure lagi, ya, bang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun