Setelah banyak bercerita soal kegelisahannya, abang ojol sebetulnya memahami alasan karyawan kantoran yang juga menjadi driver ojol, apalagi jika bukan untuk memenuhi kebutuhan diri sekaligus keluarganya---seperti dirinya sendiri.
Curhatan pun akhirnya terhenti yang akhirnya disambung dengan pertanyaan, "saya baiknya gimana ya, Mas?".
Saya sendiri sempat bingung harus menjawab apa, karena khawatir salah ucap dan bukannya memberi solusi, eh malah menyinggung.
Dengan penuh kehati-hatian, akhirnya saya mencoba memberi respon atas kegelisahannya. Saya menyampaikan ke blio bahwa, rezeki memang kadangkala menjadi misteri. Namun, ungkapan rezeki tidak akan tertukar itu pasti.
Ditambah, usaha dan doa tidak akan menghianati hasil. Mau gimana pun, rezeki bukan hanya menyoal materi. Kesehatan, dikelilingi oleh banyak teman baik dan selalu ada di kala senang maupun susah, itu pun termasuk rezeki.
Soal karyawan kantoran yang juga menjadikan ojol sebagai profesi sampingan, pasti mereka memiliki alasan pribadi yang cukup mendalam.
Utamanya, pasti untuk memenuhi kebutuhan. Saya bisa berkata demikian, karena memiliki banyak teman yang walaupun sudah berstatus karyawan, mereka juga tetap menjemput rezeki tambahan menjadi driver ojol.
Alasannya sama, agar kebutuhan keluarga terpenuhi. Pendidikan anak, makan, juga tabungan.
Setelah menjelaskan hal itu kepada driver ojol, tidak lupa saya meminta maaf khawatir ada salah penyampaian, terkesan menggurui, atau beberapa kata yang menyinggung.
Beruntung, blio tidak sedikit pun mempermasalahkan apa yang saya sampaikan dan mengucapkan terima kasih atas saran dan penjelasan yang sudah diberikan.
Saya cukup memahami kegelisahan tersebut. Dan akhirnya saya pun ikut merenung, mengingat perjuangan orang tua dalam membiayai saya hingga sebelum akhirnya bekerja dan hidup secara mandiri.