Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Berdamai dengan Sindrom Burnout, Luangkan Waktu untuk "Me Time"

3 Januari 2020   17:15 Diperbarui: 3 Januari 2020   18:58 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan, saya dapat mengatasi hal tersebut dan kembali menjalani aktivitas dalam bekerja seperti biasa. Sindrom burnout, dengan atau tanpa disadari harus segera diatasi. Sebab, burnout adalah awal dari depresi, kata seorang Psikolog di University of California Berkeley.

Kejadian tersebut pernah dialami oleh salah satu saudara saya yang bahkan sampai kesulitan untuk tidur nyenyak karena beban pekerjaan dan kurangnya dukungan dari rekan kerjanya. Seakan semua tugas dan pekerjaan yang ada hanya menjadi tanggung jawabnya.

Bahkan, dia bercerita saat berada dalam kondisi tersebut sempat ada keinginan untuk bunuh diri karena merasa depresi. Beruntung, suatu artikel yang berisikan motivasi hidup menyelamatkannya.

Tiba-tiba dia teringat akan sakitnya bunuh diri juga pemikiran bagaimana jika nantinya harus meninggalkan keluarga serta orang tua. Perlahan, dia mulai menemukan kembali jati dirinya dan menjadi seseorang yang optimis dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Bagi para pekerja, jika hanya memikirkan tugas di kantor memang tidak akan ada habisnya. Selalu saja ada yang dikerjakan, berikut juga target yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, sudah sewajarnya meluangkan waktu untuk me time, melakukan apa yang disukai, tujuannya untuk mengisi kembali semangat dan energi.

Siapa pun bisa terkena gejala sindrom burnout, karenanya, saran saya, baiknya kita mengenali batas maksimal pada diri sendiri, kapan harus istirahat atau bahkan kapan harus berhenti, bukan berarti melarikan diri dari tanggung jawab.

Ingat, sekeras apa pun kita bekerja, kesehatan tetap menjadi hal utama meski akhirnya sering terlupakan.

Hargai pencapaian diri, jika memang dibutuhkan, segeralah rencanakan liburan. Apa pun itu, yang penting bisa membuat diri sendiri kembali bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun