Mohon tunggu...
Seto Galih Pratomo
Seto Galih Pratomo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis - Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia, Anggota Parlemen Remaja DPR-RI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

May Day, Partai Moderat Indonesia (PMI) Harapan Jalan Baru Perjuangan

1 Mei 2021   03:24 Diperbarui: 1 Mei 2021   03:54 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2031 merupakan tahun yang saya rencanakan untuk merintis sebuah wadah aspirasi rakyat yang disalurkan kepada negara, ya partai politik. Partai Moderat Indonesia (PMI) namanya. Mengusung visi ke-Moderat-an (Wasathiyah) juga toleransi (tasamuh) sebagai pijakan para kader untuk kemajuan menyongsong Indonesia Emas 2024. Partai ini didirikan dan didominasi para Pemuda sebagai estafet tonggak perjuangan Bangsa dalam menyalurkan aspirasi nya kepada negara. 

Pertanyaan, kenapa sih harus gabung atau bikin partai? 

Jawabannya simple, karena Indonesia sudah ditakdirkan yang maha kuasa memakai sistem demokrasi yang dicetus para bapak-bapak pendiri bangsa, yang juga banyak seorang Ulama di dalamnya (kaum agamis). Sebut saja KH. A. Wahid Hasyim, KH. Kahar Muzakkir, Ki Hajar Dewantara, Agus Salim,  dan banyak yang lainnya dalam memperjuangkan Indonesia agar merdeka dan berdaulat. 

Indonesia itu bukan negara otoriter, khilafah, komunis dan sebagainya, tapi demokrasi. Dari sudut pandang Hukum Tatanegara (HTN) Partai adalah kunci dalam demokrasi atau berpartisipasi dalam hal bernegara. Maka mau tidak mau rakyat Indonesia harus berkecimpung dalam dunia politik untuk mengubah tatanan negara agar lebih baik lagi. 

Dengan semangat atau ghirah kaum muda,  PARTAI MODERAT INDONESIA (PMI) adalah jalannya. Ini merupakan pemikiran saya sewaktu mondok di Pesantren Tebuireng. Disana saya merasakan nilai-nilai moderat/wasathiyah yang sangat kental terhadap semua golongan Islam maupun agama lain. 

Dari nilai prinsip dasar Tebuireng, tasamuh/toleransi yang juga bagian dari Moderat ingin saya bawa ke ranah berdemokrasi. Terlebih belajar dari dunia politik yang sudah diajarkan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari yang dahulu menjabat sebagai pendiri dan ketua salah satu partai terbesar yakni MIAI & MASYUMI. Juga pendiri ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang dahulu juga pernah berperan di dunia perpolitikan menjadi Partai NU. 

Dengan Bhinneka Tunggal Ika sejatinya ke-Moderat-an itu dibangun. Indonesia yang memiliki berbagai macam warna suku, bahasa, dan agama. Perbedaan adalah rahmat untuk alam semesta. 

Seorang aktivis juga perlu memanfaatkan politik untuk kesejahteraan rakyat. Bukan malah alergi dengan politik seperti kebanyakan aktivis. Dan sebaliknya, orang politik alergi dengan dunia aktivis. 

Saya sering berbicara bahkan berdebat dengan teman saya sesama aktivis yang menganggap politik sebagai barang tabuh. Tapi sejatinya ia hidup di dunia ini juga tak luput dari faktor politik. Mulai dari harga susu bayi, listrik, dan sebagainya terpengaruhi oleh politik. Juga saya sering bicara kepada politisi agar tidak tabuh dengan dunia aktivis, karena bagaimanapun gerakan massa bawah atau grassroad kita dimulai dari dunia keaktivisan, mulai dari sebelum merdeka dengan dibentuknya perkumpulan pemuda pada Sumpah Pemuda sampai saat ini. Maka dengan Partai Moderat Indonesia ini sebagai harapan jalan baru perjuangan, saya ingin merangkul semua golongan dan pemikiran. Termasuk kaum Buruh, Mahasiswa/Intelektual, Agamis, Nasionalis, dan lain-lain. 

Kita memang ditakdirkan berbeda, tapi bukankah perbedaan adalah rahmat bagi alam semesta?  

*Tulisan disadur dari website SEGAP Media .Online 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun