Kata Dzikir memang kalau di terjemahkan menjadi ingat, tapi ketika dzikir tersebut di hubungkan dengan Allah "dzikrullah" maka objek ingat sudah tidak bisa diingat lagi. Sebab kata ingat mengacu pada memory otak menyimpan pengalaman. Manusia tidak akan pernah bisa mengingat Allah, karena tidak pernah bertemu dengan Allah. Allah memiliki sifat laisa kamitslihi syaiun artinya bahwa Allah tidak bisa disamakan dengan apapun. Sesuatu yang bisa dipikir atau diingat manusia adalah syaiun artinya bukan Allah. Sehingga disini timbullah masalah dimana ketika dzikrullah di terjemahkan sebagai ingat Allah. Pertanyaan yang muncul adalah, apa nya yang diingat dari Allah, bagaimana otak manusia bisa mengingat Allah? Allah adalah pencipta sedangkan apa apa yang diciptakan adalah bukan Allah. nah dari sini kita tentunya mengerti bahwa penterjamahan dzikrullah ingat Allah perlu di revisi. dan tentu ini menjadi PR kita bersama bahwa seluruh terjemahan alquran 100% menterjemahkan bahwa dzikrullah adalah ingat Allah.
Dalam diri manusia terdiri dari jasad jiwa dan ruh, masing masing memiliki fungsi yang berbeda beda. Jasad jelas tidak bisa mengenal Allah. Jasad ini termasuk di dalamnya olah pikir, Sebab pikiran dihasilkan oleh otak dan otak merupakan bagian dari jasad. Sehingga untuk mengenal Allah diperlukan jiwa untuk menyadari Allah. Dengan adanya Ruh maka jiwa dapat mengenal Allah atau menyadari Allah. Secara ringkas ketika kita berdzikrullah maka yang kita gunakan adalah kesadaran kita, bukan ingatan kita. Kesadaran ini bukan produk jasad tapi sudah jiwa yang diterangi oleh ruh, sehingga mampu mengenal Allah. mungkin ini agak rumit difahami, tapi secara sederhana sadarlah yang bisa menyadari Allah.
Sadar kepada Allah ini berbeda dengan sadar lainnya misalnya dari pingsan kemudian sadar kemabli, atau dari tidur sadar kembali. Kesadaran dalam dzikrullah ini adalah kesadaran kepada Allah yang maha tak terbatas (sehingga tidak bisa dibatasi oleh pikiran kita). Sadar bahwa ada Allah dan sadar bahwa Allah itu dekat. yang dekat pun tidak bisa dipikirkan lagi karena lebih dekat dari urat leher. jadi ya cukup dengan sadar saja.
kesalahan kita dalam menggunakan kata ingat Allah berakibat sangat fatal, sehingga saya menyebutnya "sesat". Sebab seperti alasan saya diatas bahwa pikiran tidak bisa mengenal Allah, ingat tidak bisa mencerna Allah. Dan selama kita tidak belajar menggunakan kesadaran kita dalam berdzikir maka berapa ratus ribu kita menguncap kalimat dzikir tetap tidak akan mencapai derajat makrifat, nah inilah yang saya namakan dengan dzikir salah jalan atau sesat. untuk apa kita berdzikir kalau tidak sampai kepada pengenalan kepada Allah.
solusi untuk masalah ini terletak pada penterjamahan dzikrullah menjadi sadar Allah. Seluruh terjemahan harus di revisi, sebab kalau tidak sekian juta umat akan tersesat selamanya. Dalam kajian ilmu neuro linguistic programming (NLP) dikatakan bahwa salah kalimat maka akanmenyebabkan kesalahan berperilaku baik perilaku pikir atau perilaku emosi. masak gara gara salah terjamahan dzikrullah menjadi ingat Allah ... sekian puluh juta umat islam menjadi terpuruk dan jauh dari Tuhannya. Bagaimana tidak jauh kalau selama hidupnya tidak bisa sadar Allah.
baiklah semoga kita bisa memahami dan menyadari hal ini sehingga dzikrullah kita benar benar mengarah kepada Dzat yang benar bukan mengarah kepada yang bukan Dzat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H