Mohon tunggu...
SETIYO HADI
SETIYO HADI Mohon Tunggu... -

Penulis. Ketua Taman Baca Budaya (TBB) SALAM Jember yang berkomitmen dengan misi "Menggali dan Mengembangkan Potensi Sejarah - Budaya untuk mewujudkan kesejahteraan bersama" Alamat: RT. 05 RW. 06 Dusun Krajan Desa Kencong Kecamatan Kencong - JEMBER 68167 Rekening: BNI SYARIAH Cabang Syariah Jember No. Rekening : 0239603043 a.n. Y. Setiyo Hadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Kreativitas (Merenungi Kembali Perjalanan Jember Fashiona Carnival - JFC)

26 Agustus 2014   13:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:32 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14090103741510967070


Perjalanan kreatifitas Jember Fashion Carnival alias JFC yang dipelopori oleh Dinand Faris menjadikan Jember dikenal sebagai Kora Karnaval Fashion memiliki dilema alias pertentangan di dalamnya. Dilema antara kreatifitas baru dan tradisi lama yang membawa perdebatan antara pentingnya dan tidak pentingnya JFC bagi warga Jember sendiri.

Realitanya JFC mampu menyedot ribuan pengunjung alias wisatawan luar Jember untuk datang ke Jember setiap tahunan. Sejak satu dekade terakhir ini, JFC merupakan daya tarik wisata yang memperkenalkan Jember ke seluruh dunia. Industri kreatif wisata di Jember berkembang dengan adanya JFC yang kemudian diduplikasi dan direplikasi oleh daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Di sisi lainnya ada kalangan yang melihat keberadaan JFC tidaklah mencerminkan tradisi Jember yang sebelumnya dikenal sebagai Kota Santri. JFC menggeser image Jember dari Kota Santri menjadi Kota Karnaval Fashion. Berbagai argumentasi dikemukakan bahwa JFC hanyalah kreatifitas orang menengah ke atas, atau ada yang mengatakan JFC merupakan kumpulan para banci.

Bagi yang tidak suka dengan JFC ternyata harus menerima kenyataan bahwa JFC telah diakui dunia sebagai kreatifitas yang telah melakukan perubahan bagi kota Jember sehingga terkenal ke seluruh dunia. Lalu muncul pertanyaan untuk yang tidak suka JFC: apa dong alternatifnya?.

Pilihannya, Membangun Kreatifitas yang melebihi dari JFC. Ada yang menyatakan sesuatu memiliki jamannya, demikian sekarang JFC memiliki jaman terkenal dan semua orang terobsesi dengan JFC, dan suatu ketika JFC akan mengalami penurunan dan stagnasi seperti halnya dulu Jember terkenal sebagai Kota Tembakau, namun tembakau ternyata juga mengalami penurunan.

Lalu yang menjadi pertanyaan setelah JFC mengalami stagnasi akan muncul era apa?. Peluang membangun kreatifitas telah dibuka oleh JFC yang dipelopori Dinanz Faris yang menuntut munculnya kreatifitas-kreatifitas baru yang bisa menjadi alternatif yang lebih baru dan lebih baik dibandingkan JFC. (Y. Setiyo Hadi / Jember, 26 Agustus 2014)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun