[caption id="attachment_151086" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Ini namanya "ngudarasa", mengeluarkan gumpalan bathin yang sudah lama dipendam. Betapa indah Yogyakarta, namun selalu terganggu oleh enam krodit di bandaranya. Namanya Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. Melihat namanya saja kita sudah punya kesan bahwa itu bandara besar, karena bertaraf internasional. Ternyata kesan itu salah. Internasional karena memiliki jalur penerbangan ke Malaysia dan Singapura. Namun bandara itu kecil saja, bahkan terlalu kecil jika bercita-cita internasional. Pada jam-jam tertentu yang sangat padat jadwal keberangkatan pesawat, antrian penumpang yang akan masuk ruang check in sampai berjubel. Itu karena hanya ada satu pintu masuk. Ya, satu saja. Berjubelnya penumpang yang akan melakukan check in menjadi sangat tidak teratur karena letak pintu masuk yang sangat dekat dengan tempat mobil-mobil dan motor menurunkan penumpang. Ini krodit pertama di jam-jam sibuk. Setelah "lolos" pintu masuk, kita akan antri di depan mesin scan X-ray. Ada dua mesin scan, tetapi sering yang dioperasionalkan hanya satu. Bahkan di jam-jam sibuk yang padat penumpang, seperti yang barusan saya alami. Banyak penumpang berjubel dengan aneka barang bawaan, tetapi mesin scan yang difungsikan hanya satu. Yang satu lagi menganggur. Ini krodit kedua. Kita sudah kerap merasa jengkel karena antri yang panjang untuk memasuki mesin scan yang hanya satu, karena mesin satunya lagi tidak difungsikan, apapun alasannya. Begitu memasuki ruang check ini, di jam-jam sibuk tersebut, kembali kita akan antri dalam barisan sangat panjang. Misalnya loket Lion dan Wings Air yang hanya dua jalur untuk check in ke Jakarta. Bahkan penumpang yang akan ke Surabaya pada jam yang sama pagi ini, tidak tahu akan check in dimana karena tidak ada tulisan informasi. Hanya tertuls Jakarta dan Balikpapan di depan counter Lion, padahal ada jadwal penerbangan juga ke Surabaya. Ini krodit ketiga. Penumpang antri panjang sampai berbelok-belok tidak jelas, di depan counter check in Lion Air. Lagi-lagi, ini karena terbatasnya area check in. Berjubel sekian banyak loket check in maskapai penerbangan, sementara kapasitas ruang sangat sempit. Tidak nyaman dan sering menyebalkan. Selesai check in yang antrinya panjang, masih harus antri masuk ruang tunggu yang juga hanya satu pintu. Diawali antri membayar airport tax atau PJP2U, lalu antri memasuki ruang tunggu. Ini krodit keempat. Di jam-jam padat penumpang, kita harus memperbanyak bekal kesabaran dan keikhlasan untuk bisa merasa nyaman di bandara Yogyakarta. Jika kurang bekal itu, sering membuat jengkel dan tidak nyaman melakukan perjalanan karena suasana hati yang emosi. Akhirnya kita masuk ruang tunggu yang sudah sedikit dilebarkan. Namun pada jam-jam padat penumpang, ruang tunggu ini tidak mampu menampung penumpang. Ada yang berdiri, ada yang berjalan-jalan karena tidak mendapat tempat duduk di ruang tunggu. Ini krodit kelima. Saat dipanggil memasuki pesawat, kembali kita akan antri panjang, karena seringkali hanya memanfaatkan satu pintu. Inilah krodit keenam. Genap sudah enam krodit di jam-jam sibuk bandara Adisutjipto. Tidak perlu diceritakan lagi bagaimana pendeknya  landasan pacu untuk take off dan landing pesawat, karena sudah menjadi rahasia umum. Walau demikian, tetaplah datang ke Yogyakarta. Siapkan mental untuk menghadapi enam krodit di bandara Adisutjipto pada jam-jam padat penumpang. Jika ingin menikmati bandara Yogyakarta dalam situasi sepi, datanglah di atas jam 22.00 wib. Dipastikan anda menjadi penumpang yang tidak perlu antri segala sesuatu, karena pada jam itu sudah tidak ada lagi penerbangan. Selamat datang di Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H