Dalam mengisi liburan panjang kemarin ini, Herry Fk dan Maskolis sepakat untuk tidak akan pulang udik. Maklum, dompet yang terlihat tebal dikatong balakang celananya, ‘jebulane’ isinya cuman bon bon tagihan doang. Duitnya sudah ludes buat bayar utang beli tiket kelas ‘blue’ seharga 3 juta rupiah melalui calo, padahal harga resminya 1,5 juta untuk nonton konser Justin Bieber, di Bukit Sentul Bogor, 23 April lalu.
Tapi nyatanya, selama liburan kemarin itu, keduanya pada siang hari selalu tidakkelihatandi kamar kosnya. Selidik punya selidik, rupanya mereka menghindar dari cerewetnya mulut si ibu pemilik kos, lantaran sudah lebih dari dua bulan bayaran kosnya tak kunjung dilunasi, belum lagi pemilik warteg di mulut gang yang selalu nyindir atas kerlambatannya mbayar tagihan makan.
Hari Sabtu lalu, tokoh kita, Harry dan Maskolis terlihat luntang lantung di pasar loak Lapangan Urip Sumohardjo, di bilangan Jatinegara.Nampaknya mereka sedang mencari peluang bisnis barang bekas yang barangkali ada disitu. Ditengah tengah acara ngubek ubek pasar loak tersebut, keduanya tertarik dengan lapakpenjaja obat ‘herbal’ yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Jelas disitu terpampang spanduk“SATU PAKET KAPSUL BISA MENYEMBUHKAN 100 MACAM PENYAKIT HANYA DALAM TEMPO DUA HARI, APABILA TIDAK BERHASIL, UANG KEMBALI TIGA KALI LIPAT”.
Dasar otak keduanya memang cerdas, mereka mangatur siasat, bagaimana caranyamendapat keuntungan sekalipun harus dengan cara ‘mengkadali’ si tukang obattersebut, yang ternyata bernama Andreaneda Andreda (AA).
Keduanya berakting pura pura sakit, tapi yang jadi masalah adalah uang modal, karena harga obatnya cukup mahal, satu paket untuk tiga hari seharga 750 ribu rupiah dimana mereka harus membeli dua paket. Hasil dari putar otak, akhirnya Herry menjual cincin emas satu satunya pemberian simboknya dari kampong dan Maskolis menggadaikan HaPe Blekberry yang cicilannya belum lunas.
Dengan muka penuh tambalan koyo cabe dan bau minyak kayu putih, Herry dan Maskolis mengutarakan keinginannya membeli obat kepada si penjual, Andreanedasekaligus meminta jaminan khasiatnya.
“Mas,….. tolong ya, kami menderita sakit sudah berobat kemana mana tapi tak kunjung sembuh” ujar keduanya berbarengan dengan mimik memelas
“Ok….Ok….. saya akan bantu yang penting percaya sama saya. Besok pasti sembuh” jawab Andreaneda sembari mengemas obat lalu memberikannya kepada kedua pasien ‘kenthir’ tersebut. “Ini kalian minum sehari dua kali masing masing satu kapsul” imbuhnya lagi.
“Terima kasih mas,…… lalu apa jaminannya”tanya Herry yang di amini Maskolis
“Pokoknya, jika tidak sembuh dalam dua hari, uang anda akan saya kembalikan tiga kali lipat. Nah,….. jika sakitnya tambah parah malah saya jadikan empat kali lipat” jawab Andreaneda sang penjual obat dengan tegas dan mantap.
“Terima kasih mas, kami permisi” kata Herry dan Maskolis ‘koor’, berbarengan sambil menyerahkan uang 1,5 juta sebagai pembayaran obat
Beranjak dari situ mereka pulang sambil bersiul siul dan mengatur strategi berikutnya, dimana tiga hari kemudian mereka rencananya akan kembali dengan berpura pura penyakitnya malah tambah parah, dengan harapan bakalan mendapatkan ganti rugi empat kali lipat. “Tenang,….. ibu kos dan warteg, semua akan saya lunasi serta cincin + HaPe bisa ketebus kembali, begitu kami terima duit dari si tukang obat idiot, nanti” demikian lamunan Herry dan Maskolis.
Tiga hari kemudian,
Herry dan Maskolis kembali lagi menemui tukang obat. Kali ini ditemani si Abal. Dengan berakting pincang, gemeteran dan terbatuk batuk mereka dituntun si Abal untuk meminta pertanggung jawaban si tukang obat, Andreaneda agar uangnya dikembalikan berlipat ganda sesuai janjinya.
“Mas,..... aduh…. aduh, gemana nih kami tidak sembuh,….. ukuk,….uhuk,… malah tambah par.. par… parahahahahhhh. Bisa dibalikin dong u…u..uang kami…?” ungkap Herry dan Maskolis sembari suaranya terbata bata dan digetar-getarkan + matanya disayu-sayukan.He…he… prinsipnya biar kelihatannya memelas, gitoo lho..!
“Sabar…..sabar, bisa bisa kok.Eh,…. Ngomong ngomong penyakit kalian apa’an ya..?” jawab sang tukang obat, sambil setengah bertanya.
“Ehmmm….engh anu, sakit saya adalah : 'kutuutkkutpreeetttbuntutmarmoot',mas !” ujar Herry, ngawur-blawur
“Klo saya, ….egghrr…. sakitnya : 'kergetdepetkurapratebange,' mas tukang obat” ungkap Maskolis, sama ngaconya dengan Herry
“Sebentar, saya lihat dibuku saya” kata si tukang obat, Andrieneda seraya mangambil catalog penyakit.
Sesaat kemudian,“Ehm….ehm…. dari daftar saya ini, ternyata penyakit mas Herry ada pada urutan ke 101 dan Maskolis di 102.Jadi maaf ya, TIDAK termasuk kedalam PROGRAM PENJAMINAN”jelas Andreaneda, sang tukang obat dengan tegas dan tegas
Mendengar penjelasan seperti itu, serta merta Herry dan Maskolis naik pitam, sambil nggebrak meja dan berdiri tegak berteriak : “Apaaaa……? Nggak diganti…..!!, Kampreet, lu ngerjain dan nyoba nipu gua berdua ya ????”. Lantas keduanya mengubrak abrik lapak obat dan mengejar ngejar pedagangnya, Andreneda.
Tidak begitu lama polisi datang untuk mendamaikan kedua belah fihak sambil menanyakan apa sebenarnya yang terjadi.
“Dai menipu dan ngejain saya pak. Katanya obatnya manjur, nyatanya…..? Gombal tengik!!” ujar Herry dan Maskolis dengan nada tinggi, berargumen, sambil nunjuk nunjuk hidung Andreaneda
Andreaneda si tukang obatpun tak kalah sengitnya menjawab, “Manjur pak, betul betul manjur,……… buktinya tuh dia bisa marah marah, ngerusakin dagangan dan bermaksud ngeroyok saya. Orang sakit masak begitu”.
Mendengar ucapan itu, Herry dan Maskolis tidak bisa berkutik, selain cengar cengir ‘kemaluan’, eh…… maksudnya dipermalukan didepan polisi dan umum. Kemudian keduanya digiring ke kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang telah merusak, berbuat onar dan berusaha menganiaya orang lain, si tukang obat, Andreaneda.
.
·Just joking,……..hehehehe…..’kenthirrrrrrr’
Jakarta, 18 Mei 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H